Deteksi Dini Adalah Kata Kunci Menghindari Dampak Terburuk dari Kanker Payudara

Indah Kirana menambahkan, edukasi mengenai kanker payudara penting untuk dilakukan secara luas di tengah masyarakat.

Editor: Dion DB Putra
FOTO ISTIMEWA/KIRIMAN MITRA
Narasumber dalam acara “Breast Cancer Charity Day: One Day With Breast Cancer Survivor, Let’s Make Them Happy” di Roemah Djan, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/10/2022). 

Dia mengatakan, tidak sedikit informasi yang beredar ruang publik mengenai kanker payudara tidak benar atau hoax.

“Acara seperti ini sangat mengedukasi dan memberikan informasi yang benar. Ajarkan kami memilah dan memilih berita hoaks. Ini sangat baik,” ucap Aryanthi.

Anggota Dewan Pembina JMSI Djan Faridz yang juga didaulat untuk memberikan sambutan mengatakan, dirinya sedih mengetahui tidak semua obat-obatan kanker ditanggung oleh BPJS. Dia mengatakan, dirinya senang apabila diajak terlibat untuk membantu pasien maupun penyintas.

“Memang penyakit kanker ini penyakit yang benar-benar sulit dan penuh tantangan,” ujarnya.

Dalam Talkshow “Kanker Payudara Makin Meningkat, Gen atau Pola Makan?” yang dipandu Redaktur Farah.id, Ovi Shovianur, salah seorang penyintas kanker payudara yang juga wartawan senior Dian Islamiati Fatwa mengatakan, diagnosa mengidap kanker payudara adalah sebuah kenyataan yang amat berat. Bayang-bayang menjadi sosok perempuan yang tidak sempurna, begitu melekat.

Dian yang lama menetap di Melbourne, Australia, dan bekerja untuk kantor berita Australian Broadcasting Corporation (ABC) didiagnosa mengidap kanker payudara pada 2002.

Hingga operasi berakhir, dia masih belum bisa menerima kenyataan tentang kanker yang menyerangnya.

"Yang penting adalah kita menerima (kondisi kanker). Setelah itu, bersyukur dengan hadirnya orang-orang yang peduli pada kita. Dan ingatlah, sekalipun operasi mengharuskan kita (perempuan) kehilangan payudara, kita tetap cantik dalam ketidaksempurnaan yang ada pada diri kita," kata Dian.

Sementara itu, Dr. dr. Diani Kartini, SpB(K)Onk menekankan pentingnya kontrol rutin bagi para penyintas kanker.

"Setelah operasi dan treatment lain yang memang membutuhkan waktu lama, penyintas kanker payudara tentu merasa lelah. Kondisi itu membuat banyak penyintas berhenti memeriksakan diri. Padahal, penyintas wajib SADARI dan melakukan kontrol rutin untuk memastikan kondisi kankernya," ujar dr. Diani.

Dia juga menggarisbawahi bahwa salah satu tantangan besar dalam mengedukasi masyarakat mengenai kanker payudara adalah hoax yang marak yang membuat masyarakat ketakutan untuk memeriksakan diri secara medis.

Jika melihat dari makanan yang biasa dikonsumsi, sebenarnya amat penting bagi pasien kanker maupun penyintas untuk makan makanan bergizi seimbang sesuai standar “Isi Piringku” yang diperkenalkan Kementerian Kesehatan RI.

"Tidak ada pantangan makanan bagi penderita kanker maupun penyintas. Daging sekalipun diperbolehkan. Selain itu, perhatikan juga variasi makanan. Jangan makan yang itu-itu saja," ucap Dr. dr. Diana Sunardi, M. Gizi, SpGK (K), spesialis gizi klinis RSCM.

Adapun mengenai kemungkinan malnutrisi yang mencuat di kalangan penderita kanker atau penyintas, dia mengatakan, ada beberapa penyebabnya.

Mulai dari kanker itu sendiri hingga rasa mual dan muntah yang kerap timbul, menyebabkan adanya gangguan makan, yang berujung pada menurunnya berat badan dan berkurangnya fungsi organ tubuh.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved