Corona di Indonesia
Ini Gejala Covid-19 XBB, Varian Lebih Menular dari Omicron yang Sudah Terdeteksi di Indonesia
Varian Covid XBB lebih cepat menular tetapi tingkat fatalitasnya rendah meskipun demikian masyarakat diminta tetap waspada
TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan mengumumkan Covid-19 Subvarian Omicron XBB ditemukan di Indonesia.
Adapun gejala Covid XBB ini sama seperti pada umumnya.
Varian Covid XBB lebih cepat menular tetapi tingkat fatalitasnya rendah.
“Ada gejala seperti batuk, pilek dan demam. Ia kemudian melakukan pemeriksaan dan dinyatakan positif pada 26 September. Setelah menjalani isolasi, pasien telah dinyatakan sembuh pada 3 Oktober,” jelas Juru Bicara Covid-19 Kementerian Kesehatan dr. M. Syahril dr. Syahril dalam laman resmi Kemenkes.
Baca juga: Kasus Pertama Covid-19 Subvarian Omicron XBB Terdeteksi dari Suspek yang Baru Pulang dari Lombok
Syahril mengatakan meski varian baru XBB cepat menular, namun fatalitasnya tidak lebih parah dari varian Omicron.
Kendati demikian negara belum bisa dikatakan aman dari pandemi Covid-19.
Sebab berbagai mutasi varian baru masih berpotensi terus terjadi.
Dalam 7 hari terakhir juga dilaporkan terjadi kenaikan kasus di 24 provinsi.
dr. Syahril meminta masyarakat mengedepankan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menghindari kerumunan dan mencuci tangan pakai masker, dan melakukan testing apabila mengalami tanda dan gejala Covid-19.
Selain itu juga menyegerakan vaksinasi Covid-19 untuk meningkatkan proteksi terhadap Covid-19.
“Segera lakukan booster bagi yang belum, untuk mengurangi kesakitan dan kematian akibat Covid-19,” terang Jubir Syahril.
Kemenkes juga sudah meningkatkan pengawasan kedatangan WNI dan WNA di pintu-pintu masuk negara.
Subvarian Omicron XBB menyebabkan lonjakan kasus Covid- 19 yang tajam di Singapura diiringi dengan peningkatan tren perawatan di rumah sakit.
“Peningkatan kasus gelombang XBB di singapura berlangsung cepat dan sudah mencapai 0,79 kali gelombang BA.5 dan 0,46 kali gelombang BA.2," ujarnya.
Sejak pertama kali ditemukan, sebanyak 24 negara melaporkan temuan Omicron varian XBB termasuk Indonesia.
Kasus pertama Covid-19 Subvarian Omicron XBB di Indonesia merupakan transmisi lokal, terdeteksi pada seorang perempuan, berusia 29 tahun yang baru saja kembali dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Menyusul temuan ini, Kemenkes bergegas melakukan upaya antisipatif dengan melakukan testing dan tracing terhadap 10 kontak erat.
"Hasilnya, seluruh kontak erat dinyatakan negatif Covid-19 varian XBB," tegasnya.
Baca juga: Gagal Ginjal Akut pada Anak Tidak Terkait Vaksin Maupun Dampak Infeksi Covid-19
Waspada Kenaikan Kasus di Awal 2023
Kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia pada Juli hingga Agustus 2022 lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya.
Namun kewaspadaan perlu tetap dilakukan karena akan menghadapi awal tahun 2023 yang biasanya kasus melonjak pasca libur natal dan tahun baru.
“Ujiannya nanti akan kita lihat di awal tahun depan karena beberapa varian baru seperti BA.2.7.5 sudah terjadi di India,” ujar Menkes Budi pada Capaian Kinerja Pemerintah tahun 2022 yang disampaikan secara virtual, Jumat (21/10/2022) di Jakarta.
Kenaikan kasus nampak di negara tetangga Indonesia seperti Singapura, sehingga Indonesia harus tetap waspada.
Kenaikan kasus Covid-19 di Singapura yang tadinya hanya ratusan kasus sekarang naik menjadi 6.000 kasus per hari, lebih tinggi dari kenaikan kasus di Indonesia yang cuma 2.000 kasus per hari.
Di bulan Juli hingga Agustus 2022 hampir seluruh dunia mengalami kenaikan yang tinggi karena varian Omicron B4 dan B5. Sementara di Indonesia pada bulan tersebut termasuk satu dari beberapa negara seperti India dan Cina yang kenaikannya sangat sedikit.
Dikatakan Menkes, hal itu disebabkan karena memang strategi penanganan pandemi di Indonesia yang relatif baik.
Selama enam bulan dari awal tahun itu Indonesia tidak mengalami lonjakan masus, padahal biasanya enam bulan awal merupakan siklus kenaikan gelombang karena ada varian baru.
“Jadi artinya memang Indonesia sudah berhasil menangani pandemi dengan recovery lebih baik. Terutama di bulan Juli hingga Agustus ini masih ada tantangan karena varian baru masih akan tumbuh,” ucap Menkes Budi.
Menurut Menkes Budi, Indonesia beruntung karena vaksinasi di Indonesia sangat baik.
Sekarang sudah 440 juta dosis disuntikkan ke lebih dari 204 juta populasi kita, sehingga imunitas dari masyarakat kita baik.
Ditambah lagi protokol kesehatan di Indonesia juga relatif lebih konservatif.
Sampai sekarang masyarakat masih terbiasa memakai masker, sementara negara-negara lain sudah membuka masker dan itu sebabnya terjadi kenaikan yang cukup tinggi seperti di Singapura.
“Mudah-mudahan nanti di Januari- Februari 2023 kita bisa mencegah kenaikan kasus dengan baik seperti di bulan Juli – Agustus tahun ini. Sehingga Indonesia akan menjadi salah satu dari sedikit negara di dunia yang selama 12 bulan berturut-turut tidak mengalami ada lonjakan kasus,” ungkap Menkes.
Dibutuhkan bantuan dari masyarakat untuk tetap disiplin protokol kesehatan, pakai masker, rajin cuci tangan, dan yang belum vaksinasi booster segera lakukan.
Lebih lanjut, pandemi Covid-19 terjadi di seluruh dunia dan merupakan salah satu pandemi yang paling besar dalam sejarah.
Semua negara menghadapi masalah ini bersama-sama.
Indonesia sempat mengalami puncak kasus mencapai hampir 600.000 per hari.
Sekarang sudah turun menjadi di bawah 2.000 per hari.
Kemudian pasien yang dirawat di rumah sakit sempat mencapai 100.000 orang, sekarang yang masuk rumah sakit sebanyak 3.100 orang.
Selanjutnya, kasus kematian di Indonesia juga sempat tinggi mencapai 1.800 orang per hari.
Sekarang sudah berhasil turun ke angka 17 sampai 19 orang per hari.
“Jadi itu adalah pencapaian yang kita raih di masa pandemi ini, dan seluruh dunia juga mengakui bahwa pencapaian ini termasuk yang paling baik khususnya di gelombang terakhir varian ommicron BA.4 dan BA.5,” tutup Menkes Budi.
(*)