Tragedi Kanjuruhan

Kanjuruhan Merupakan Kerajaan Tertua di Jawa Timur yang Bercorak Hindu

Dalam prasasti itu disebutkan, raja Kerajaan Kanjuruhan paling terkenal adalah Gajayana. Kerajaan ini tidak lama usianya karena ditaklukkan Mataram.

Editor: Dion DB Putra
Wikimedia Commons/Anandajoti BhikkhuPa
Candi Badut peninggalan Kerajaan Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur. Kanjuruhan merupakan kerajaan tertua di Jawa Timur yang bercorak Hindu. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Nama Kanjuruhan saat ini sedang menjadi pusat perhatian masyarakat dunia setelah terjadi tragedi yang menewaskan 131 orang pada 1 Oktober 2022.

Kanjuruhan di Kota Malang memiliki latar belakang sejarah yang menarik.

Kanjuruhan merupakan kerajaan tertua di wilayah Provinsi Jawa Timur yang bercorak Hindu.

Baca juga: TGIPF Bakal Buka-bukaan Ungkap Penyebab Utama Tragedi Kanjuruhan

Kerajaan Kanjuruhan berpusat di Desa Kejuron, dekat Kota Malang saat ini. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-8 masehi ini diyakini sebagai kerajaan pertama di Jawa Timur.

Sumber sejarah tentang Kerajaan Kanjuruhan diperoleh dari Prasasti Dinoyo di Malang.

Dalam prasasti itu disebutkan, raja Kerajaan Kanjuruhan yang paling terkenal adalah Gajayana. Kerajaan ini tidak lama berkembang karena ditaklukkan Mataram.

Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan yang bisa dijumpai saat ini adalah Candi Badut dan Candi Karangbesuki di Malang.

Para ahli menduga Kerajaan Kanjuruhan erat hubungannya dengan Kerajaan Kalingga (Holing) yang ada di Jawa Tengah.

Menurut berita dari Tiongkok, sekitar tahun 742-755 masehi, Raja Kiyen yang saat itu berkuasa memindahkan ibu kota Holing ke Jawa Timur. Munculnya Kerajaan Kanjuruhan diketahui dari Prasasti Dinoyo yang berangka tahun 760 masehi.

Prasasti ini bertuliskan huruf Kawi dengan bahasa Sanskerta. Di dalam Prasasti Dinoyo diceritakan bahwa Kerajaan Kanjuruan diperintah oleh Raja Dewashimha.

Setelah meninggal, ia kemudian digantikan putranya, Limwa, yang dikenal sebagai Gajayana. Gajayana memiliki putri bernama Uttajana yang menikah dengan Jananiya.

Dari Prasasti Dinoyo diketahui bahwa Raja Gajayana yang beragama Siwa memerintah dengan adil dan dicintai rakyatnya. Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Kanjuruhan mencapai puncak keemasan.

Kerajaan Kanjuruhan mengalami perkembangan pesat dalam bidang pemerintahan, sosial, ekonomi, ataupun seni budaya.

Wilayah kekuasaannya meliputi daerah Malang, lereng timur dan barat Gunung Kawi, dan ke utara hingga pesisir laut Jawa.

Selama masa pemerintahan Gajayana, jarang terjadi peperangan, pencurian, dan perampokan karena raja selalu bertindak tegas sesuai hukum.

Raja Gajayana juga membuat sebuah tempat suci pemujaan yang sangat bagus untuk memuliakan Resi Agastya.

Selain itu, dibangun pula arca sang Resi Agastya dari batu hitam yang sangat elok.

Bersamaan dengan pentasbihan bangunan suci tersebut, Gajayana menganugerahkan sebidang tanah, sapi, kerbau, serta budak laki-laki dan perempuan sebagai penjaga kepada para pendeta.

Setelah Gajayana mangkat, kekuasaan jatuh ke tangan putrinya, Uttejana yang menikah dengan Pangeran Jananiya dari Paradeh. Semua raja Kerajaan Kanjuruhan terkenal akan kebijaksanaan dan kemurahan hatinya.

Runtuhnya Kerajaan Kanjuruhan Keberadaan Kerajaan Kanjuruhan tidak bertahan lama.

Pada awal abad ke-10, ketika Rakai Watukura dari Mataram Kuno berkuasa, Kerajaan Kanjuruhan berada dalam kekuasaannya. Para penguasa Kerajaan Kanjuruhan menjadi raja bawahan dengan gelar Rakyan Kanuruhan.

Sumber Referensi:

Prasetyo, Deni. (2009). Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com berjudul Kerajaan Kanjuruhan: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Keruntuhan

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved