Berita Lombok Timur
Mengenang Gule Gending, Jajanan Gulali Khas Lombok yang Masih 'Manis' hingga Kini
Gule Gending memang mempunyai ciri khasnya tersendiri, di mana keberadaannya ditandai dengan iringan tabuhan gending
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Wahyu Widiyantoro
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM,LOMBOK TIMUR - Terdengar nyaring alunan gending di keramaian Car Free Day pagi itu Minggu (17/7/2022) di depan Taman Rinjani Selong, Lombok Timur.
Terlihat seorang kakek-kakek di keramaian menabuh kaleng yang digendongnya, dengan nada khas.
Tentunya warga kelahiran 1990-an akan akrab dengan tabuhan jajajan tradisional yang sering disebut Gule Gending ini.
Keberadaannya sebagai jajanan khas Lombok sekarang bisa dihitung dengan jemari, kalau tidak redup oleh zaman yang membuatnya mati.
Baca juga: Kuliner Cepat Saji Akan Menjadi Produk UMKM Terbanyak di Ajang MXGP Samota
Gule Gending memang mempunyai ciri khasnya tersendiri, di mana keberadaannya ditandai dengan iringan tabuhan gending.
Para penjual memanfaatkan wadah dari kaleng yang dipukul–pukul hingga menghasilkan irama uniknya tersendiri.
"Dulu alunan merdu yang kita pukul akan menarik banyak anak untuk menonton, suara dengung kaleng yang dipukul menjadi ciri khas penjual Gula Gending," ucap H Muhammad Sahdan (84) satu dari penjual Gula Gending.
Amaq Sahdan akrabnya dipanggil adalah warga asal Aikmel, Lombok Timur.
Ia setiap hari keliling Lombok Timur untuk menjual Gula Gending ini.
"Saya keliling jualan, kadang naik engkel, kadang juga jalan kaki," ungkapnya.
Di usianya yang sudah tak muda lagi, Amaq Sahdan tetap menguatkan langkahnya demi menyambung hidup yang ia jalani.
Ia mengaku telah berjualan Gula Gending semenjak 1980-an.
Kadang sehari jika beruntung Amaq Sahdan bisa membawa pulang uang Rp 100-200 ribu per harinya.
Gula Gending dijual Amaq Sahdan dengan harga Rp 2 ribu per porsinya.
Namun semakin berkembangnya zaman, Gula Gending sekarang sudah jarang kita jumpai.
Baca juga: Bupati Lombok Timur Serukan Pentingnya Mengawasi Perilaku Jajan Anak di Sekolah
Hal ini diakui pula oleh Diky Riszky Wahyudi (20), seorang penggemar jajanan khas Lombok.
Dia mengaku jika Gula Gending sendiri sudah jarang ia jumpai.
"Sudah tidak ada penjual Gula Gending seperti itu sekarang. Sekarang pakai mesin semua cara buat gulalinya," katanya.
Gule Gending sendiri berasal dari dua kata yang memiliki arti Gule yang berarti gula dan Gending yang berarti menabuh gendang.
Kuliner asli masyarakat Lombok ini dijual dalam berbagai varian warna yang cantik, wadah untuk menempatkan gule Gending berbentuk setengah lingkaran dari bahan seng.
(*)