Kronologi Insiden Tabrak Burung Lion Air JT-800, Harus Kembali ke Bandara Setelah 15 Menit Mengudara

Pesawat Lion Air JT-800 dari Surabaya tujuan Makassar tercatat membawa 222 penumpang dengan 7 kru pesawat.

Editor: Irsan Yamananda
YouTube/ TribunVideo
Pesawat Lion Air alambi bird strike 

TRIBUNLOMBOK.COM - Maskapai penerbangan Lion Air tengah menjadi perbincangan publik.

Salah satu pesawatnya mengalami insiden bird strike atau tabrak burung.

Pesawat tersebut memiliki nomor penerbangan JT-800 serta nomor registrasi PK-LHR.

Berdasarkan informasi yang beredar, pesawat itu berasal dari Bandara Internasional Juanda, Surabaya.

Rencananya, Lion Air JT-800 bakal terbang menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan.

Namun, pesawat itu mengalami insiden tabrak burung pada hari Rabu (18/5/2022).

Baca juga: Boleh Buka Masker, Naik Pesawat di Bandara Lombok Tidak Perlu Tes PCR Lagi

Baca juga: Mulai 18 Mei 2022 Naik Kereta dan Pesawat Terbang Tak Perlu Tes PCR dan Antingen

Akibatnya, pesawat tersebut harus mendarat ke bandara asal.

Padahal, Lion Air JT-800 sempat mengudara selama 15 menit.

Lion Air JT-800 tercatat membawa 222 penumpang dengan 7 kru pesawat.

Berikut kronologi insiden bird strike yang dialami pesawat Lion Air JT-800.

Baca juga: Empat Pesawat Diserang KKB di Puncak Papua, Operasional Bandara Ilaga Dihentikan

Pesawat awalnya take-off pada pukul 17:52 WIB.

"Hasil pengecekan pesawat, bagian depan sebelah kanan mengalami bird strike. Saat ini masih dilakukan pemeriksaan mendetail," kata Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro dalam siaran pers, Kamis (19/5/2022).

Manajemen Lion Air kemudian memutuskan memberangkatkan seluruh penumpang dan kru menggunakan pesawat lain ke Makassar dengan nomor registrasi PK-LGQ pada pukul 20:13 WIB dan tiba pada pukul 22:22 Wita.

Kata Danang Mandala Prihantoro, pengoperasian pesawat dan penanganan insiden bird strike telah dijalankan menurut standar operasional prosedur (SOP).

Penerbangan JT-800 telah dipersiapkan secara tepat.

Sebelum keberangkatan, pesawat Boeing 737-900ER registrasi PK-LHR dinyatakan layak dan aman dioperasikan melalui pengecekan awal (pre flight check).

Fase mengudara (take off) berjalan normal.

Namun, berkisar 15 menit setelah take-off, ada indikator di kokpit yang menunjukan indikasi tidak sesuai dengan yang semestinya, sehingga perlu dilakukan pengecekan kembali.

Pilot memutuskan kembali ke Bandar Udara Internasional Juanda (return to base atau RTB).

Pesawat pun mendarat secara normal.

Setelah pesawat parkir sempurna di tempatnya, seluruh penumpang diarahkan ke ruang tunggu.

Lion Air telah menginformasikan dampak yang timbul kepada seluruh penumpang.

Dalam dunia penerbangan, dikenal satu istilah yaitu RTB (return to base), adalah di mana suatu pesawat diharuskan untuk kembali ke bandar udara di mana pesawat itu berangkat (setelah mengudara/airborne).

RTB bisa terjadi karena dua faktor, yaitu teknis dan nonteknis.

Faktor teknis umumnya terjadi karena adanya gangguan pada sistem pesawat seperti mesin, struktur atau mekanisme teknis operasional pesawat yang menyebabkan kemampuan (capability) pesawat dalam melakukan penerbangan berkurang hingga di bawah 50 persen.

Sementara faktor nonteknis terjadi karena gangguan nonteknis.

Ganggguan tersebut contohnya ada penumpang sakit yang membutuhkan penanganan secepat mungkin dan masih dalam radius kurang dari 1 jam dari bandara awal, serta cuaca di bandara awal masih memungkinkan, atau bandara tujuan tutup.

Baca juga: Momen Mencekam Alfamart Gambut Roboh, Miring ke Kiri Lalu Ambruk, Saksi: Saya Kira Pesawat Jatuh

Tentang PK-LHR

Pesawat Lion Air yang return to base adalah Boeing 737-900ER (Extended Range).

Pesawat tipe ini adalah varian dari pesawat Boeing 737 yang pertama kali di dunia digunakan Lion Air ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan 737-900 yang telah diproduksi sebelumnya.

Kokpit pesawat Boeing 737-900 ER telah dilengkapi dengan Head Up Display (HUD).

Peralatan ini biasanya dipakai pada pesawat militer atau pesawat tempur.

Fungsinya adalah untuk mempermudah pilot dalam menentukan kemiringan pesawat baik secara vertikal maupun horisontal.

Pesawat ini menggunakan layar LCD yang terpadu dalam bentuk glass cockpit.

Sistem glass cockpit ini dipercaya akan menjadi trend bagi pesawat-pesawat baru.

Boeing 737-900ER ini adalah pesawat kategori short-to-medium range twinjet atau pesawat jet mesin ganda dengan jarak tempuh dekat hingga sedang yang diperkenalkan pertama kali pada tanggal 18 Juli 2005 oleh Boeing yang ketika itu telah berlogo Lion Air dan Boeing.

Dimensi pesawat ini identik dengan tipe 737-900 tetapi dengan sedikit perbedaan di struktur badannya sehingga membuat 737-900ER dapat membawa penumpang lebih banyak dan dapat terbang lebih jauh dibanding pendahulunya.

Pesawat ini bisa membawa 215 penumpang sedangkan 737-900 yang hanya sekitar 189 penumpang atau lebih banyak 26 penumpang.

Teknologi yang dipunyainya juga merupakan teknologi terbaru saat ini yang menjadikan pesawat ini bisa mendarat di runway pendek.

Perbedaaan lainnya adalah pada kedua sayap ada tambahan sayap kecil yang disebut winglet.

Winglet ini mampu mereduksi wing tip fortexis, yakni terjadinya gelombang udara atau turbulence di ujung sayap, sehingga pesawat lebih stabil ketika terbang.

Winglet akan berfungsi pada saat pesawat take off karena bisa lebih hemat bahan bakar walaupun tidak begitu signifikan penghematannya.

Boeing 737-900ER juga lebih hemat bahan bakar dan mempunyai jarak tempuh yang lebih jauh dari generasi sebelumnya seperti dikutip dari Tribun-Timur.com dengan judul Pesawat Lion Air dari Surabaya ke Makassar Baru Saja Alami Insiden di Udara, Bawa 222 Penumpang.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved