Kebakaran Kilang Minyak di Balikpapan, Ledakan Terdengar 2 KM Lalu Muncul Asap Tebal, Korban 5 Orang
Suara keras itu bahkan terdengar sampai ke warga yang berada sekitar 2 kilometer dari lokasi kejadian.
TRIBUNLOMBOK.COM - Insiden kebakaran kembali terjadi di kilang minyak milik Pertamina.
Kali ini, lokasinya berada di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Peristiwa itu terjadi pada Minggu (15/5/2022) sekitar 10.40 Wita.
Lima orang pekerja menjadi korban dalam insiden tersebut.
Mereka kemudian dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Saat kebakaran terjadi, terdengar juga suara ledakan.
Baca juga: KRONOLOGI Kebakaran Rumah Panggung di Utan Sumbawa
Baca juga: Kebakaran di Utan Sumbawa Hanguskan Satu Rumah Panggung, Kerugian Capai Rp75,5 Juta
Suara itu terdengar oleh warga di sekitar area kilang minyak.
Saking kerasnya ledakan, bahkan sampai terdengar ke warga yang berada sekitar 2 kilometer dari lokasi kejadian.
"Iya, ada dengar bunyi ledakan tadi," ujar Wati, warga Karang Jati, Balikpapan Tengah.
Setelah bunyi ledakan tersebut tak lama muncul asap tebal dari area kilang.
Baca juga: 3 Kelalaian Warga Kerap Picu Kebakaran, Lupa Matikan Kompor hingga Bakar Sampah Sembarangan
Peristiwa ini lantas viral di media sosial disertai foto dan video yang beredar.
Namun hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari pihak Pertamina terkait kejadian ini.
Namun, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Kombes Yusuf Sutejo membenarkan ada kebakaran di kilang minyak itu.
Polisi sudah diterjunkan untuk menyelidiki ledakan ini.
"Masih dilakukan penyelidikan, masih terlalu dini untuk menentukan awal titik api," katanya kepada Kompas.com, Minggu sore.
Dalam persitiwa tersebut, Yusuf mengatakan terdapat lima orang korban.
Kelima korban tersebut dilarikan ke rumah sakit yang berbeda untuk mendapatkan penanganan medis.
"Sementara ada lima korban.
Di RSPB (Rumah Sakit Pertamina Balikpapan) ada dua orang, Klinik Panorama ada tiga orang dan ada satu orang yang masih dalam pencarian.
Belum ada laporan MD (meninggal dunia)," ungkapnya seperti dikutip dari Kompas.com dengan judul "Kilang Minyak di Balikpapan Kembali Terbakar, 5 Orang Jadi Korban, 1 Dalam Pencarian".
Kasus Kebakaran Lainnya
Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.
Peribahasa ini cocok disematkan pada nasib korban kebakaran di Desa Renda, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima yang sebagian besar merupakan petani.
Pada Minggu (1/5/2022), kaki saya melangkah di antara kepulan asap dari sisa material kayu dan padi yang terbakar.
Bau khas terbakar menyengat hidung, abu sisa kayu yang terbakar beterbangan membuat aliran napas di hari terakhir ramadhan, terasa begitu menyesakkan.
Baca juga: Korban Kebakaran di Bima Butuh Bantuan Pakaian, Makanan Jadi, Air Bersih, dan Sanitasi Darurat
Suara seng karena diinjak petugas pembersih puing bangunan yang terbakar, terdengar seolah menjadi pelengkap gambaran musibah yang menimpa puluhan warga di Desa Renda.
Suhu saat itu mencapai 35 derajat. Sangat panas untuk pukul 09.00 WITA.
Langkah kaki saya terhenti, pada seorang perempuan paruh baya, duduk meratapi puing bangunan yang menghitam.
Mengenakan jilbab merah dan daster lusuh, menekuk wajahnya dengan telapak tangan.
Di sampingnya terdapat beberapa perempuan dan laki-laki lain, yang sibuk mengais sisa padi yang tidak ikut terbakar.
Puluhan ton padi yang baru saja dipanen dan belum sempat dijual karena harga yang anjlok, kini hangus tidak tersisa.
Begitu pun dengan bibit bawang bernilai ratusan juta, yang seharusnya ditanam setelah lebaran ini, kini ludes menjadi abu.
Beberapa korban ditemui, untuk mendengarkan bagaimana mereka mengetahui musibah yang menimpa pertama kali.
Rasmani, satu di antara korban yang dengan penuh kepasrahan meminta belas kasihan pemerintah mengulurkan bantuan padanya.
Ia pun bercerita kepada TribunLombok.com, bagaimana pertama kali mendapatkan kabar yang mengejutkan tersebut.
Kriiiiiing... Kriiiiiing... Kriiiiiing, suara dering telepon seluler yang dimiliki Rasmani, pada Sabtu (30/4/2022) sore.

Saat itu Rasmani sedang berada di Kabupaten Sumbawa, menyiapkan lahan sawahnya untuk ditanami bawang usai Idul Fitri.
"Ternyata itu telepon tetangga saya, yang ngasitau rumah saya terbakar," ungkap Rasmani dengan suara bergetar, menahan pedih.
Sesaat Rasmani memiliki harapan dan langsung menghubungi anaknya, agar segera melihat rumah dan menyelamatkan isi rumah.
Sayangnya ungkap Rasmani, rumah anaknya tersebut cukup jauh dari rumahnya dan api yang berkobar begitu besar sehingga tidak ada barang yang bisa diselamatkan.
"Hanya satu sepeda motor yang berhasil dikeluarkan, itu pun anak saya hampir kena api," ceritanya menggunakan bahasa Bima.
Dengan penuh rasa kalut dan lemah, Rasmani meninggal Kabupaten Sumbawa dan pulang ke Desa Renda.
Serasa tidak bertulang, Rasmani akhirnya jatuh karena tidak sanggup melihat dua rumahnya hangus rata dengan tanah.
Baca juga: Jamaah Ahlul Sunnah Waljamaah di Kota Bima Gelar Salat Idul Fitri 1443 H Lebih Awal
"Dua rumah saya, semuanya rata dengan tanah," ujarnya dengan bulir air mata menetes perlahan.
Tidak hanya rumah, Rasmani harus melihat tumpukan padi yang baru saja dipanen telah menjadi sekam hangus.
Uang tunai Rp 50 juta, hasil gadai STNK mobil untuk persiapan tanam bawang pun telah menjadi abu.
"Termasuk emas saya, 5 gram juga terbakar. Saya masih berharap bisa temukan," akunya, menatap puing rumah yang menghitam karena terbakar.
Rasmani tidak sendiri, petani lainnya Yunita juga mengalami nasib serupa.
Rumah dua lantai yang dimilikinya, terbakar beserta perabotannya.
Tidak hanya itu, bibit bawang sebanyak 4 ton dan sertifikat lahan hangus tanpa menyisakan bekas.
"Rumah kosong. Saya, suami bersama tiga anak ada di Sumbawa untuk persiapan tanam bawang," ungkapnya.
Yunita perkirakan kerugian yang diderita mencapai Rp 300 juta lebih.
Saat ini, ia bersama korban kebakaran lain menumpang di rumah tetangga dan saudara.
Ia berharap, akan ada bantuan pemerintah sekedar untuk membangun rumah sementara.
Sedangkan untuk harapan menanam pada musim tanam bawang ini, Yunita mengaku belum bisa memikirkannya.
"Sudah tidak ada harapan lagi rasanya, semuanya sudah hangus," pungkasnya.

Kecamatan Belo Jadi 'Langganan' Kebakaran
Dalam catatan media, Kecamatan Belo Kabupaten Bima menjadi kecamatan yang kerap terjadi musibah kebakaran.
Beberapa desa yang paling sering di antaranya, Desa Ngali dan Desa Renda.
Dua desa ini bersebelahan, dengan latar belakang kehidupan sosial kemasyarakatan yang hampir sama.
Warganya mayoritas petani bawang, sehingga rumah penduduk di dua desa ini juga mayoritas jenis rumah panggung (kayu) dengan atap seng.
Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tapi juga sebagai gudang penyimpanan bawang.
Baca juga: Penyebab Kebakaran di Desa Renda Bima Belum Diketahui, Warga Kecewa Mobil Pemadam Terlambat Datang
Inilah menjadi alasan rumah penduduk di Desa Ngali, Renda dan desa sekitarnya beratapkan seng dan induk rumah dari kayu.
Camat Belo, Rijal Mukhlis mengakui kecamatannya tersebut kerap menjadi langganan kebakaran.
Satu-satunya mobil pemadam kebakaran yang di siagakan di kantor camat, telah rusak sejak tahun 2021 lalu.
"Rusak saat digunakan untuk kebakaran di Ncenggu tahun 2021 lalu," akunya.
Rijal menjelaskan, sudah mengembalikan mobil damkar tersebut ke BPBD Kabupaten Bima untuk diperbaiki.
Alasannya, jangan sampai mobil yang rusak tersebut terlihat ada di kantor camat tapi tidak bisa digunakan ketika ada musibah kebakaran seperti sekarang ini.

"Sudah sempat diperbaiki, terus diserahkan ke kita. Tapi ketika saya coba, masih rusak. Jadi saya kembalikan lagi, sampai sekarang belum kembali," ujarnya.
Pada tahun-tahun sebelumnya, kebakaran besar juga menghanguskan puluhan rumah warga Desa Ngali.
Lambannya mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi, selalu muncul dari warga ketika musibah ini terjadi.
Baca juga: BREAKING NEWS: Puluhan Rumah di Desa Renda Bima Dilahap Si Jago Merah
Sudah saatnya Pemerintah Kabupaten Bima memikirkan, bagaimana musibah yang menjadi langganan ini bisa segera diatasi sebelum membesar.
Tidak hanya menyediakan mobil damkar, tapi petugas yang siaga 24 jam dan anggaran pemeliharaan yang memadai sehingga armada siap digunakan setiap saat.
(Kompas/ Kontributor Banyumas, Fadlan Mukhtar Zain dan Kontributor Balikpapan, Ahmad Riyadi)