Wawancara Khusus
Qoriah Nasional Asal Lombok Timur Yuni Wulandari: Ndak Nyangka Diundang Ngaji ke Istana Negara
Yuni Wulandari menyabet gelar juara di ajang Seleksi Tilawatil Quran (STQ) nasional XXVI di Sofifi, Provinsi Maluku Utara Oktober bulan 2021.
Penulis: Laelatunniam | Editor: Dion DB Putra
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM- Perempuan asal Lombok Timur yang akrab disapa Yuni ini adalah satu di antara qoriah terbaik asal Provinsi Nusa Tenggara Barat ( NTB).
Yuni Wulandari menyabet gelar juara di ajang Seleksi Tilawatil Quran (STQ) nasional XXVI yang berlangsung di Sofifi, Provinsi Maluku Utara 16-22 Oktober 2021.
Yuni Wulandari baru saja bertandang ke Istana Negara Jakarta untuk mengaji pada acara Nuzulul Quran, Senin (18/4/2022).
Baca juga: Yuni Wulandari, Qoriah Nasional Asal Lombok yang Diundang Presiden Jokowi Mengaji di Istana Negara
Baca juga: Profil Yuni Wulandari, Qoriah Internasional asal Lombok Timur dengan Segudang Prestasi
Di tengah kesibukannya sebagai seorang guru ngaji di pondok pesantrennya di Lombok Timur, Yuni Wulandari berkesempatan hadir dalam wawancara khusus dengan wartawan TribunLombok.com, Dion DB Putra.
Wawancara berlangsung di kantor Redaksi TribunLombok.com, Jalan Lingkar Selatan No.99, Kota Mataram, Sabtu (23/4/2022). Berikut petikan wawancara selengkapnya.
Mbak Yuni,selamat ya atas pencapaian mbak sebagai qoriah terbaik nasional tahun 2021. Boleh diceritakan kepada tribunners, sejak usia berapa Mbak Yuni mulai belajar membaca Alquran?
Saya mulai belajar secara rutin sejak kelas dua sekolah dasar.
Langsung belajar di pondok pesantren atau masih di rumah?
Masih di rumah waktu itu bersama orangtua.
Bisa diceritakan bagaimana proses belajar Mbak Yuni sejak usia semuda itu?
Ya tiba-tiba ada minat, maka saya mulai belajar tilawah dari kecil, dari kelas 2 SD. Pertama kan datang belajar ke guru ngaji, yang sekarang sudah jadi suami. Suami sekaligus menjadi guru saya.
Kemudian mulai ikut lomba-lomba pada usia berapa?
Dari kelas 5 SD saya mulai ikut lomba. Pertama saya ikut MTQ golongan satu juz di tingkat kecamatan dulu, terus kabupaten kemudian di tingkat provinsi NTB.
Kemudian saya ikut terus lomba-lomba lain seperti lomba tilawah remaja dan lainnya.
Bagaimana Mbak Yuni membagi waktu untuk belajar di sekolah dan mengaji?
Ya, biasa kan kita sekolah pagi, siang itu langsung ngaji sampai malam. Tidak masalah bagi saya.
Bisa diceritakan suasana persaingan saat Mbak Yuni ikut STQ tingkat nasional tahun 2021 di Sofifi sampai akhirnya keluar sebagai juara.
Benar-benar suasana lomba tapi menyenangkan. Kita ditempatkan di BTN, jadi kita tetap bisa bertemu untuk zikir, doa bersama dan yang pasti terus latihan.
Waktu itu menurut prediksi Mbak Yuni siapa yang menjadi saingan berat?
Ada dari Banten, itu termasuk saingan berat tapi bismillah dan tawakal. Para peserta berasal dari 34 provinsi. Kami ikut mulai dari semacam penyisihan terus sampai selesai.
Oh ya waktu diundang ke Istana Negara dalam peringatan Nuzulul Qur'an itu bagaimana ceritanya?
Ditelepon sama Pak Pak Haji Amirin tiba-tiba, minta ngaji di istana. Ya saya ndak nyangka.
Sempat bertemu dengan Bapak Presiden Jokowi?
Tidak, waktu di sana Pak Jokowi hadir secara virtual. Saya cuma bertemu Bapak Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Apa pesan dari Pak Menteri Agama mengingat Mbak Yuni akan mewakili Indonesia di STQ internasional?
Jaga suara, katanya.
Bagaimana persiapan Mbak Yuni menghadapi lomba internasional di Malaysia, apakah ada persiapan khusus?
Tidak ada yang khusus. Tetap kita sharing bersama suami, kan beliau juga sebagai guru. Mohon doa, kita bisa membawa nama Indonesia ke (level) lebih baik lagi.
Apa target Mbak Yuni untuk lomba internasional nanti?
Targetnya bisa menampilkan yang terbaik, itu aja udah cukup.
Kalau di level internasional, saingan berat biasanya dari negara mana?
Kalau berlangsung di Malaysia kita tidak terlalu bisa berharap karena dari dulu Malaysia tetap jadi ini, kecuali kalau kita ke Mesir baru kita ada harapan.
Mbak Yuni bersama suami juga punya pondok pesantren, boleh diceritakan kepada Tribunners?
Kita merintis pondok itu dari TPQ kecil-kecilan bersama suami. Dari musala yang tidak pernah ditempati, lama-lama banyak yang minat, kemudian kita buat pondok.
Nama pondok pesantrennya apa Mbak Yuni?
Yayasan Nubdiah Al Islah Arrusydani, di bawahnya ada SD IT juga. Sekarang kita mau buka SMP IQ. Karena permintaan dari banyak calon santri dari luar, dari Bima, Sumbawa, Mataram dan Lombok Barat.
Berapa banyak santri yang ada di sana?
Santri di sana 260 orang lebih.
Apa yang menjadi kekhasan ponpes Mbak Yuni dan suami?
Khusus tahfiz dan tilawah. Tahfiz itu ya menghafal Alquran dan tilawah itu berlagu ketika mengaji.
Alhamdulilah banyak yang ikut lomba sampai ke tingkat nasional, provinsi, mewakili kabupatennya masing-masing. Dari Sumbawa banyak, Lombok Timur juga banyak, Lombok Barat juga ada.
Berarti ini pondok pesantren yang melahirkan para juara ya mbak?
Amin, tapi ya itu belum ada bantuan dari pemerintah, masih pakai uang-uang MTQ, semua untuk bangun pondok.
Harapan kami kepada pemerintah semoga bisa membantu kita dalam membina anak-anak ini, kebetulan banyak anak yatim dan dari keluarga tidak mampu.
Apa tips yang bisa dibagi kepada Tribuners terutama anak-anak muda?
Tipsnya terus berlatih dan jangan mudah menyerah. Saya selalu diingatkan kalau mau tampil, jangan niat ingin dilihat orang tapi niat jadi dakwah.
Sebagai qoriah terbaik nasional apa yang ingin Mbak Yuni sampaikan kepada calon-calon qoriah dari NTB yang ingin ikut jejak Mbak Yuni?
Terus berlatih, jangan patah semangat, jangan terlalu melihat saingan. Mereka bisa kita juga bisa. (laelatunni'am)
Simak wawancara khusus lainnya di sini
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lombok/foto/bank/originals/YUNIEE.jpg)