Berita Lombok Tengah
Kisah Syekh Abdul Hadi Asal Universitas Al-Azhar Mesir yang Ngabdi 3 Tahun di Ponpes Lombok Tengah
Ia diutus oleh Universitas Al Azhar ke Indonesia untuk mengajar di Ponpes Sa'adatuddarain yang berada di Leneng, Kecamatan Praya, Lombok Tengah.
Penulis: Lalu M Gitan Prahana | Editor: Lalu Helmi
Laporan Wartawan Tribunlombok.com Lalu M Gitan Prahana
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Abdul Hadi Ibrahim Budi, atau pria yang kerap disapa Syekh Abdul Hadi ini merupakan seorang guru bantu yang berasal dari Mesir.
Ia diutus oleh Universitas Al Azhar ke Indonesia untuk mengajar di Ponpes Sa'adatuddarain yang berada di Leneng, Kecamatan Praya, Lombok Tengah.
Dimana itu berkat kerjasama yang dilakukan oleh Ponpes Sa'adatuddarain dengan Universitas Al Azhar.
Baca juga: Ponpes Saadatuddarain Lombok Tengah Gelar Pameran Replika Artefak Rasulullah
Baca juga: Gardu PLN Meledak di Lombok Tengah, Kota Praya Gelap Gulita
"Maka kami diberikan guru bantu untuk mengajar di di Ponpes kami," kata Muhammad Irham, selaku pengurus Ponpes.
Dimana Syekh Abdul Hadi melaksanakan pengabdian selama 3 tahun yang sudah dimulai sejak 2019 lalu dan akan berakhir pada 29 Juni 2022 ini.
Adapun pelajaran yang diberikan, sesui dengan kurikulum yang diajarkan di Universitas Al Azhar.
"Dengan tujuan, agar anak-anak kita disini, dengan mudah untuk bisa masuk di universitas Al azhar nanti," terang Irham.
Kehadiran Syekh Abdul Hadi memeberikan dampak yang cukup baik.
Karena pengabdiannya, dua orang santri dari Ponpes Sa'adatuddarain sudah masuk di universitas Al Azhar pada tahun 2021 lalu.
Bukan saja universitas, namun pada jenjang SMP di tahun 2021 juga sudah berangkat 2 orang dan tahun ini akan ada 5 orang lagi yang akan diberangkatan.
Syekh Abdul Hadi, mengatakan dirinya sangat bahagia di Lombok.
Itu dikarenakan perhatian orang Lombok soal agama begitu besar.
"Itu terlihat dari bagaimana mereka mengajari anak-anaknya ilmu Al Quran, tajwid serta hadist-hadist rasul," katanya.
Ia berharap kedepan, setiap pondok pesantren di Indonesia memiliki kurikulumnya sendiri, mulai dari tingkatan Taman Kanak-kanak hingga Menengah Atas.
Dengan begitu, pembelajaran agama semakin fokus dilakukan, sehingg dapat mencetak para cendikia muslim, melalui pendidikan pondok pesantren.
(*)