Teror Puluhan Orang Bertopeng di Bima, Beraksi Jelang Sahur, Gunakan Panah dan Molotov

Aksi kekerasan ini terungkap ke publik, setelah sebuah akun Iyek Faris Al-Habsyi yang memposting tiga buah foto dengan narasi adanya aksi kekerasan.

Penulis: Atina | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
http://www.ladbible.com
Ilustrasi Penganiayaan 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina

TRIBUNLOMBOK.COM, Bima - Aksi kekerasan di wilayah Bima, tak  kunjung mereda.

Kali ini terjadi di Desa Tente Kecamatan Woha Kabupaten Bima, Minggu (10/4/2022) sekitar pukul 02.00 WITA. 

Aksi kekerasan ini terungkap ke publik, setelah sebuah akun Iyek Faris Al-Habsyi yang memposting tiga buah foto dengan narasi adanya aksi kekerasan lagi.

Dalam unggahannya, akun tersebut menuliskan "Sekelompok Orang Bertopeng jumlahnya 14 orang  bergerak dari dua arah, satu kelompok dari jalur Pasar samping klinik dr. Ganis dan satu kelompok dari arah Jalur utama jalan Raya." 

Kemudian ia menggambarkan para terduga pelaku, yang menggunakan jaket hitam dan ada satu orang yang gunakan jaket merah. 

"Semuanya menggunakan tudung kepala dan masker," tulisnya. 

Baca juga: Prostitusi Berkedok Kos di Kota Bima Terbongkar, Polisi Temukan ‘Pelanggan’ & Parfum ‘Pemikat Pria’

Dalam unggahan ini juga, pemilik akun menyebut jika para pelaku menggunakan bom molotov, panah dan mengancam sejumlah warga. 

Pihak Polsek Woha yang dikonfirmasi TribunLombok.com via ponsel, membenarkan kembali terjadinya aksi kekerasan di wilayah hukumnya tersebut. 

"Iya betul. Dua kelompok pemuda gitu," jawab Kapolsek Woha, AKP Saiful Anhar S. 

Hanya saja Saiful membantah adanya bom molotov, karena yang ditemukan hanya penggunaan senjata tajam seperti panah. 

"Tidak ada molotov," tegasnya. 

Menurut Saiful, motif aksi kekerasan dua kelompok pemuda ini berawal dari selisih saat pertandingan futsal. 

Baca juga: Dua Laki-laki dan Satu Wanita Ditangkap Polisi di Gang Kakap Ampenan saat Transaksi Narkoba

Baca juga: Diterpa Angin Puting Beliung, Puluhan Rumah Warga di Bima Rusak

"Jadi ada selisih dan akhirnya satu pihak melapor ke polisi. Tapi maunya mereka, polisi cepat-cepat tangkap pelaku. Sedangkan polisi harus kuatkan penyelidikan, tidak bisa sembarangan begitu saja," ungkapnya. 

Buntut dari kejadian tersebut, sehingga dua kelompok ini kerap terlibat perkelahian hingga berdampak pada warga sekitar. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved