Berita Lombok Timur
Pondok Pesantren Multikultural di Lombok Timur Ini Tekankan Persaudaraan Islam dalam Keberagaman
Muasal memberikan nama Multikultural adalah karena pendiri Ponpes mengidolakan sosok Prof H A Sonhaadji
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Wahyu Widiyantoro
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM,LOMBOK TIMUR - Pondok Pesantren Multikultural di Dusun Lingkok Sati, Desa Santong, Kecamatan Terara, Kabupaten Lombok Timur mengusung penghormatan pada keberagaman.
Saat TribunLombok.com berkunjung Minggu (3/4/2022), terlihat suasana Pondok Pesantren (Ponpes) ini berbeda dari ponpes kebanyakan.
Sedikitnya ada 21 santri yang mengumandangkan lantunan ayat suci Alquran.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di Bulan Ramadan Tidak Membatalkan Puasa, Mudik Lebaran Perlu Dosis Booster
Baca juga: DPRD Lombok Timur Dorong Pemkab Maksimalkan Wisata Religi Saat Ramadhan
Santri di Ponpes ini tak jarang menjalin komunikasi menggunakan bahasa daerahnya masing-masing.
"Kita disini memiliki santri yang kebanyakan berasal dari luar, yakni Flores, Bima, dan Sumbawa," ungkap Pengurus Ponpes Multikultural Dewi Sartika.
"Jadi utamanya kita ajarkan bagaimana mereka bergaul dan tidak mengedepankan perbedaannya," lanjut putri dari Pendiri Ponpes Multikultural ini.
Berdirinya Ponpes ini berbarengan dengan motivasi ayahandanya Yahya Husni yang ingin menebarkan semangat penghormatan mengenai perbedaan beragama, ras, suku dan sebagainya.
"Dan juga kami berada di tengah-tengah masyarakat yang dominanya meyakini beberapa Ormas Islam seperti NW, NWDI, NU, dan Muhammadiyah," terangnya.
Pondok pesantren ini didirikan 2018.
Semenjak berdirinya empat tahun silam, Ponpes ini dilanda dua peristiwa pilu yakni Gempa Bumi 2018 dan pandemi Covid-19.
Inilah yang membuatnya sempat mengalami penurunan.
Untuk ponpes yang tergolong baru, ia mempunyai pandangan yang berbeda dengan ponpes yang lainnya, yakni fokus kepada nilai multikultural.
"Prinsip multikultural ini memang dicanangkan untuk membangun ponpes yang memiliki nilai moderen, moderat, dan manusiawi," jelasnya.
Terlepas dari itu ia juga menceritakan kisah unik pemberian nama Multikultural di Ponpes ini.