Bulan Ramadhan
Seru dan Unik, Ini 7 Kearifan Lokal Ramadhan di Indonesia
Umat islam di seluruh dunia bersukacita tatkala memasuki bulan yang penuh berkah ini, termasuk di Indonesia.
4. Padusan, Jawa Tengah dan Yogyakarta
Umbul Manten yang ramai oleh ribuan pengunjung menjelang bulan Ramadhan. (Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya)
Padusan merupakan tradisi unik dalam menyambut bulan Ramadan yang biasa dilakukan masyarakat di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tradisi ini merupakan warisan leluhur yang dilakukan secara turun temurun dan dijalani dengan cara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air.
Dikutip dari situs Portal Informasi Indonesia, tradisi padusan, berasal dari kata adus yang berarti mandi. Tradisi ini dilakukan dengan tujuan untuk menyucikan diri, membersihkan jiwa dan raga, dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
5. Perlon Unggahan, Banyumas, Jawa Tengah
Seminggu sebelum memasuki bulan Ramadan, masyarakat Banyumas, khususnya di Desa Pekuncen, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah biasanya melakukan tradisi Perlon Unggahan. Dalam tradisi ini, para anak-cucu trah Bonokeling melakukan ziarah kubur ke makam leluhur yaitu makam Bonokeling.
Uniknya, saat ziarah kubur, masyarakat adat Bonokeling harus berjalan secara rombongan tanpa alas kaki hingga puluhan kilometer dari Cilacap, melintasi perbukitan yang memisahkan Banyumas dan Cilacap sambil membawa makanan khas Banyumas, yaitu nasi ambeng.
6. Sura Maca, Makassar, Sulawesi Selatan
Setiap daerah memiliki tradisi tersendiri dalam menyambut bulan Ramadan, termasuk masyarakat Bugis-Makassar yang biasa menggelar tradisi Sura Maca yang dilaksanakan selama sepekan sebelum memasuki bulan Ramadan.
Pada pelaksanaan tradisi Sura Maca, masyarakat akan melakukan doa bersama untuk dikirim kepada leluhur yang sudah tiada sebagai bentuk untuk membersihkan jiwa dan rohani sebelum melakukan ibadah pada bulan puasa. Tak ketinggalan, berbagai makanan olahan khas masyarakat Bugis-Makassar juga tersedia, lho!
7. Bakar Batu, Papua
Tradisi bakar batu merupakan kegiatan memasak secara tradisional yang dilakukan oleh suku-suku asli Papua yang berasal dari wilayah pegunungan tengah Papua. Tradisi ini biasanya diselenggarakan setiap menyambut sesuatu yang dianggap spesial, termasuk bulan Ramadan.
Dalam sejarahnya, tradisi bakar batu merupakan pesta daging babi. Namun, demi menjaga tradisi bakar batu ini, komunitas muslim di Papua pun menggantinya dengan daging ayam atau hewan yang halal menurut Islam.
Nah, tradisi bakar batu serta tradisi-tradisi unik yang disebutkan di atas menjadi simbol toleransi beragama dan kebhinekaan masyarakat Indonesia. Kedua hal ini juga diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi masyarakat di tengah hantaman pandemi Covid-19.
Terlebih, pada momen Ramadan tahun ini, masyarakat Indonesia juga sudah bisa kembali melakukan rutinitas ibadah Ramadan, seperti tadarus bersama atau salat tarawih. Hal ini pula yang membuat Menparekraf Sandiaga optimistis, di masa transisi ini, omzet UMKM akan mengalami peningkatan dan lapangan kerja makin terbuka seluas-luasnya.
“Berkat kerja keras kita semua melawan pandemi, kita berhasil menekan angka penyebaran Covid-19. Insya Allah, semua akan kembali seperti normal. Kita bisa melaksanakan ibadah di bulan Ramadan tanpa ada pembatasan-pembatasan, asalkan tetap patuh pada protokol kesehatan,” kata Sandiaga melalui unggahannya di akun Instagram @Sandiuno, Selasa (22/3/2022).