Berita Bima
Masuk Masa Panen, Petani di Bima Mulai Dihantui Anjloknya Harga Jagung
Akan tetapi biasanya, semakin hari harga akan semakin menurun karena melimpahnya produksi jagung
Penulis: Atina | Editor: Wahyu Widiyantoro
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina
TRIBUNLOMBOK.COM, BIMA - Saat ini, petani jagung di Bima sedang memasuki masa panen.
Masa panen jagung ini serentak hampir di seluruh wilayah Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu.
Panen serentak ini tidak membuat petani sumringah karena ada kekhawatiran lain yang muncul, yakni soal harga jagung yang akan anjlok.
Baca juga: Nekat Jadi PMI Ilegal, Seorang Warga Bima Dipulangkan saat Akan Terbang ke Singapura
Baca juga: Jadi Bunda Literasi, Bupati Bima: Tidak Hanya Sebagai Simbol
Safrani Wati, warga Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi mengaku, harga jagung di tingkat petani saat ini dibanderol Rp 4,2 ribu perkilogram.
Angka itu ini cukup tinggi sebagai harga permulaan pada awal musim panen.
Akan tetapi biasanya, semakin hari harga akan semakin menurun karena melimpahnya produksi jagung.
"Kami khawatir harga turun, karena saat musim panen begini biasanya turun," ungkapnya, Rabu (23/3/2022).
Ia berharap, harga jagung bisa tetap stabil dengan harga saat ini.
Bahkan Safrani berharap, harga akan merangkak naik hingga tembus angka Rp 5 ribu perkilogram.
Bagi petani, harga itu baru sesuai dengan pengeluaran biaya produksi.
Mulai dari bibit, pembelian pestisida dan pupuk yang kini harganya juga semakin mahal.
"Itu belum termasuk upah buruh. Di kampung saya upah mereka cukup tinggi. Satu orang biasa kita bayar 120 ribu rupiah hingga 130 ribu rupiah," jelasnya.
Upah buruh tersebut dinilai cukup tinggi karena di wilayah lain rendah.
Dia berharap peran pemerintah setempat untuk mengatur nominal upah buruh harian tersebut.