Makna Nyepi Bagi Umat Hindu di Mataram, Introspeksi Diri hingga Ujian Memperkuat Toleransi

Perayaan Nyepi yang dijalankan umat Hindu intinya adalah introspeksi diri dan menjalankan catur Brata penyepian. Setelah Nyepi diharapkan lebih baik.

Penulis: Laelatunniam | Editor: Sirtupillaili
ISTIMEWA
Suasana pelaksanaan tradisi Perang Api di Simpang Tiga Negara Sakah, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram Rabu (2/3/2022) dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Laelatunni'am

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Perayaan Nyepi yang dijalankan umat Hindu intinya adalah introspeksi diri dan menjalankan catur Brata penyepian.

"Catur Brata penyepian adalah hal-hal yang tidak boleh dilakukan umat Hindu selama Hari Raya Nyepi," kata I Nyoman Thusta, selaku Pecalang yang menjaga keamanan di daerah Negarasakah Cakranegara, Kota Mataram, Kamis, 3 Maret 2022.

Catur Brata penyepian terdiri dari empat hal, pertama Amati Geni yaitu mematikan lampu atau tidak boleh menyalakan dan menggunakan lampu dalam berkativitas selama penyepian.

Kedua, Amati Karya tidak boleh mengadakan aktivitas seperti hari biasanya.

Baca juga: Khidmatnya Hari Raya Nyepi di Pulau Seribu Masjid

Baca juga: Jelang Hari Raya Nyepi, Pemangku Pura Melanting Mataram Adakan Sembahyang Tawur Agung, Ini Tujuannya

"Artinya umat Hindu pada Hari Raya Nyepi tidak pergi bekerja atau melakukan hal lain di luar rumah," katanya.

Ketiga, Amati Lelungan yaitu umat Hindu tidak keluar rumah atau bepergian selama 24 jam berlangsungnya penyepian.

Keempat, Amati Lelangunan umat Hindu tidak boleh melakukan kegiatan yang bersifat hiburan atau hura-hura selama Hari Raya Nyepi berlangsung.

I Nyoman Thusta menyampikan umat Hindu melakukan introspeksi diri dengan cara menyepi selama 24 jam.

Jadi selama 24 jam Umat Hindu introspeksi diri dalam situasi yang sepi dan mengendalikan api yang ada dalam diri, seperti kemarahan, dengki, dan sebagainya.

"Semoga dengan perayaan Nyepi tahun ini semua kita lebih bijak dalam mengendalikan diri dan menjalin toleransi antar umat beragama dalam rangka keutuhan kebhinekaan NKRI," tutup I Nyoman Thusta.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved