Gunung Pundu Nence, Wisata Pendakian Bersejarah di Kota Bima

Pundu Nence merupakan gugusan pegunungan di wilayah bagian timur Kota Bima yang bisa dikunjungi saat jalan-jalan ke kabupaten ini. Eksotis dan seru.

Penulis: Atina | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/ATINA
Para pengunjung di objek wisata Gunung Pundu Nence 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina

TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA BIMA - Pundu Nence merupakan gugusan pegunungan di wilayah bagian timur Kota Bima.

Pegunungan ini, tepatnya terletak di Kelurahan Lelamase Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima, NTB.

Puncak gunung dengan ketinggian 1050 MDPL ini, terbilang cukup mudah dijangkau.

Bagi pendaki pemula, gunung Pundu Nence sangat cocok untuk didatangi.

Untuk mendaki, hanya ada satu pintu pos masuk yakni di Kelurahan Lelamase.

Di sini, pendaki bisa mendaftar dan melaporkan diri jumlah rombongan yang mendaki.

Usai itu, pendaki harus menuruni satu bukit yang langsung membawa pendaki ke sungai pertama.

Di sungai pertama ini, biasanya digunakan pendaki untuk beristirahat sejenak sebelum memulai pendakian.

Baca juga: Cerita Bukit Jurang Pengantin di Bima, Terkenal Angker Kini Jadi Tempat Favorit Berwisata

Setelah itu, pendaki mulai mendaki dengan melewati sebuah trek yang kerap dijuluki sebagai bukit penyesalan.

Julukan ini tepat diberikan pada jalur pertama, karena tingkat elevasinya yang tinggi.

Jalan setapak yang dilalui pun kecil dan berdampingan dengan jurang yang curam.

TribunLombok.com yang pernah mencoba, sempat kewalahan mengatur ritme pernapasan karena suhu yang tiba-tiba berubah.

Namun bagi yang sudah biasa mendaki, maka perbedaan suhu ini tidak akan terlalu mencolok.

Setelah melalui bukit penyesalan, biasanya pendaki akan beristirahat sebentar di sebuah tempat yang dijuluki dengan 'kafe'.

Baca juga: Wisata Antimainstream, Nikmati Pesona Under Water Pantai Kolo Kota Bima

Benda-bendar bersejarah yang ada di Gunung Pundu Nence, Bima.
Benda-bendar bersejarah yang ada di Gunung Pundu Nence, Bima. (TRIBUNLOMBOK.COM/ATINA)

Bukan kafe seperti yang ada di pusat kota, tapi yang disebut kafe ini adalah sebuah tempat rata dan terdapat bale-bale kecil milik warga untuk beristirahat.

Pendaki senior biasa menyebutnya sebagai kafe, untuk mengobati rasa lelah pendaki pemula yang baru saja melewati bukit penyesalan.

Setelah bukit penyesalan dilalui, maka trek yang dilewati selanjutnya adalah hamparan savana hijau bak permadani.

Jika waktu pendakian dimulai siang hari, pada trek ini pendaki akan disajikan pemandangan kabut tebal karena waktu sudah mulai sore.

Suasana romantis dan dingin, akan mulai terasa dan mengobati rasa lelah setelah melewati bukit penyesalan.

Tidak hanya itu, para pendaki yang ingin ke puncak gunung Pundu Nence juga akan menemui tiga meriam kuno dan satu ulekan batu raksasa.

Menurut cerita warga, tiga meriam tersebut merupakan peninggalan penjajah dan berhasil dirampas warga pribumi.

Sedangkan ulekan batu raksasa yang terletak di dekatnya, merupakan alat bagi warga pribumi menumbuk bubuk mesiu.

Peninggalan sejarah ini, menjadi bonus bagi para pendaki yang ingin menikmati alam.

Kemudian, perjalanan berikutnya pendaki akan menemui dua sungai lagi yang bisa digunakan untuk membangun tenda sementara.

Namun kebanyakan, pendaki hanya beristirahat untuk makan siang dan langsung melanjutkan perjalanan ke puncak.

Tidak banyak trek yang sulit di gunung ini untuk ditaklukan.

Hanya saja, pada musim penghujan para pendaki harus ekstra hati-hati karena jalur pendakian kerap tertutup alang sehingga mudah salah jalan atau kesasar.

Tiba di puncak, pendaki akan melihat hamparan tanah lapang hijau bak lapangan sepak bola.

Ini juga menjadi alasan bagi para penikmat wisata pendakian, mengincar gunung Pundu Nence karena memiliki tempat yang luas untuk berkemah.

Beberapa jenis buah berry, juga tumbuh subur di antara rumpun bunga Edelweis.

Suasana pagi hari saat para pengunjung melakukan camping di Gunung Pundu Nence, Bima.
Suasana pagi hari saat para pengunjung melakukan camping di Gunung Pundu Nence, Bima. (TRIBUNLOMBOK.COM/ATINA)

Biasanya, pada peringatan HUT Kemerdekaan RI gunung Pundu Nence akan didaki ribuan orang.

Ini menjadi masalah baru bagi gunung Pundu Nence, karena tidak semua pendaki taat menjaga alam.

Seperti yang diungkap Arief, warga Melayu Kota Bima mengaku pernah mendaki tepat pada perayaan 17 Agustus beberapa tahun lalu.

Saat itu ungkap Arief, pendaki didominasi pelajar dan mahasiswa.

"Karena banyak sekali orangnya, jadi udah ga ada kerasa kalau itu di atas gunung. Udah kayak perkampungan," seloroh Arief.

Tidak hanya itu, pria yang mengaku sebagai penikmat alam ini mengatakan, tidak semua pendaki memahami aturan mendaki.

Seperti tidak boleh sembarangan menebang pohon untuk api unggun atau memasak, tidak boleh buang sampah atau terlalu ribut karena ada pendaki lain juga.

"Saya dan beberapa teman saat itu, pulang terakhir dan saya menyaksikan langsung banyaknya sampah yang ditinggal pendaki," ungkap Arief.

Menurutnya, harus ada aturan tegas yang diterapkan pengelola bagi pendaki.

Ketika mendaftar, maka para pendaki harus diberitahu aturan seperti membawa kembali sampah yang dihasilkan.

"Nanti saat pulang, para pendaki harus menenteng sampah mereka masing-masing dan itu harus dicek saat di pos kepulangan. Kalau nggak ada, maka itu harus disanksi," kata Arief.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved