Sejarah Makam Keramat Batu Layar, Dari Batu yang Berlayar Hingga Penjaga Makam Turun-Temurun
H Bahril (53) ditunjuk menjadi ketua Nazir (penjaga makam) sejak 2010 untuk meneruskan tradisi keluarganya yang telah turun-temurun..
Penulis: Robbyan Abel Ramdhon | Editor: Lalu Helmi
Meski memudahkan para peziarah datang dan melakukan berbagai aktivitas spiritual di area makam, Bahril sempat mengeluhkan bagaimana para peziarah membuang sampah sembarangan.
Terutama pada hari Minggu ketika banyak peziarah dari luar daerah, Bahril bersama lima anggotanya, harus lebih bekerja keras membersihkan area makam dari sampah.
“Banyak juga peziarah yang menaburkan bunga yang dibawanya menggunakan kantong plastik, tapi kadang sering kelolosan sampai ikut membuang plastiknya ke makam,” keluhnya.
Karena alasan itu pula, Bahril meletakkan sejumlah kotak amal di beberapa titik di area makam sebagai tempat sumbangan peziarah untuk perawatan dan pengelolaan makam.
“Seikhlasnya saja, kita kan tidak dibayar siapa-siapa berjaga di sini,” tandasnya.
Selain dua makam pengawal habib, di Makam Keramat Batu Layar juga terdapat makam dari para penjaga makam sebelumnya dan sejumlah sahabat yang pernah mengiringi perjalanan habib saat melakukan syiar Islam.
Para pengunjung yang ingin berziarah di tempat tersebut, juga dapat menikmati pemandangan pantai Senggigi yang terletak di seberang makam, juga berbelanja makanan dan minuman di pedagang-pedagang lokal yang berjualan di sekitar kawasan.
“Bisa dibilang, makam ini menjadi yang pertama dan tertua di Lombok Barat,” kata Bahril, menutup ceritanya.
(*)