Pengakuan Panitia Soal Mahasiswa UNS Meninggal Saat Diklat Menwa: Korban Sempat Tak Sadar & Mengigau

Kepada polisi, panitia sebut mahasiwa UNS yang meninggal saat diklat Menwa sempat keluhkan keram kaki dan sakit pinggang.

Editor: Irsan Yamananda
kantipurnetwork.com
Ilustrasi - Kepada polisi, panitia sebut mahasiwa UNS yang meninggal saat diklat Menwa sempat keluhkan kram kaki dan sakit pinggang. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Kata menwa tiba-tiba menjadi trending topic Twitter Indonesia selama beberapa hari terakhir.

Semua bermula dari meninggalnya seorang mahasiswa D4 Prodi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Sekolah Vokasi UNS Solo.

Mahasiswa yang dimaksud diketahui bernama Gilang Endi (21).

Ia meninggal dunia saat mengikuti Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Pra Gladi Patria XXXVI Menwa.

Kini, aparat kepolisian turun tangan untuk mengusut kematian Gilang.

Mereka juga telah mendapatkan keterangan dari panitia diklatsar.

Baca juga: Kronologi 14 Warga di Garut Ditangkap Seusai Aniaya Pencuri, Korban Masih Hidup Saat Hendak Dikubur

Baca juga: Misteri Penemuan Mayat Wanita di Batam, Kondisi Membusuk & Tak Ada Satu pun Identitas Ditemukan

ILUSTRASI - Kepada polisi, panitia sebut mahasiwa UNS yang meninggal saat diklat Menwa sempat keluhkan keram kaki dan sakit pinggang.
ILUSTRASI - Kepada polisi, panitia sebut mahasiwa UNS yang meninggal saat diklat Menwa sempat keluhkan keram kaki dan sakit pinggang. (NET)

Berdasarkan keterangan mereka, Gilang sempat mengeluhkan kaki  keram dan sakit punggung.

Gejala itu ia keluhkan sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Gilang sempat mengeluhkan kakinya keram dan sakit punggung.

Hal itu disampaikan Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS Solo Sutanto dalam konferensi pers di lantai dua Rektorat UNS Solo, Selasa (26/10/2021).

Sutanto mengatakan diklatsar diikuti sebanyak 12 orang peserta. Kegiatan ini dilaksanakan mulai Sabtu (23/10/2021) dan berakhir pada Minggu (31/10/2021).

Baca juga: HEBOH Bayi Laki-Laki Dibuang ke Kuburan Desa Selong Belanak Lombok Tengah

"Berdasarkan apa yang kami ketahui di mana kami sumbernya dari pengakuan pihak panitia.

Jadi benar bahwa kegiatan itu dilakukan mulai tanggal 23 Oktober 2021," kata Sutanto.

Kegiatan pertama diklatsar dimulai dari penyambutan pukul 06.00 WIB sampai dengan kegiatan berakhir pukul 23.00 WIB.

"Itu berkegiatan di sekitar kampus.

Penyambutan ada di markas.

Kemudian bergerak menuju GOR kampus, mushala Fakultas Teknik, lalu ke jembatan danau itu.

Itu kegiatan yang kami lihat secara posisi letaknya," terang dia.

Kemudian, lanjut dia, korban pernah menyampaikan kepada panitia kakinya keram.

Pihak panitia lalu mencarikan pendamping terhadap korban.

Baca juga: Kronologi 9 Siswa SMK di Cianjur Aniaya Pelajar Lain, Korban Ditabrak Pakai Motor Sebelum Dikeroyok

"Yang bersangkutan (alamarhum) pernah menyampaikan pada tanggal 23 Oktober 2021, ada kakinya yang keram.

Itu oleh pihak Menwa dicarikan pendamping.

Nah itu kejadian di tanggal 23 Oktober.

Artinya belum ada tanda-tanda secara fisik ada kelelahan dan sebagainya.

Tetapi memang menurut pengakuan dari panitia, kakinya keram.

Dan sudah didampingi oleh salah satu panitia," ungkap Sutanto.

Kegiatan hari kedua pada Minggu (24/10/2021) dimulai setelah Subuh dengan aktivitas senam senjata.

Dilanjutkan apel pagi dan mulai kegiatan diselenggarakan di luar kampus.

"Yaitu berkegiatan di Jembatan Jurug. Jembatan yang kecil itu.

Kegiatan itu adalah meluncur menggunakan tali. Setelah kegiatan selesai, balik ke kampus," kata dia.

Ketika kembali ke kampus, korban mengeluhkan sakit pada punggungnya.

Terus kemudian, pada pukul 14.00 WIB korban mendapatkan perawatan dengan cara dikompres kepalanya.

Sempat ada informasi korban mengalami kesurupan.

Namun, kata Sutanto dari informasi panitia korban tidak mengalami kesurupan.

"Statement ini, apakah keluar dari pihak panitia, atau memang dari orang-orang sekitar.

Yang bersangkutan (almarhum) tidak sadar dan mengigau akhirnya berkata-kata dalam kondisi tidak sadar.

Itu yang terus kemudian kelanjutannya dari pengakuan pihak panitia sampai pukul 21.00 WIB lebih sedikit," katanya.

Melihat kondisi korban yang tidak sadar, pihak pantia pun kemudian berinisiatif untuk membawa korban ke RSUD Dr Moewardi Solo.

"Inisiatif mereka untuk membawa ke rumah sakit.

Di sini, tertulis pukul 22.05  WIB itu yang bersangkutan di dalam mobil dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Pengakuan dari pihak panitia, kok sudah tidak bernapas.

Sampai ke rumah sakit Moewardi, memang benar sudah dinyatakan meninggal dunia.

Itu kronologis yang kami tahu dari pengakuan panitia yang pada hari Senin pukul 07.15 WIB," terang dia seperti dikutip dari Kompas.com dengan judul "Kronologi Meninggalnya Mahasiswa UNS dalam Diklatsar Menwa, Panitia: Sempat Mengeluh Keram dan Sakit Punggung".

Baca juga: Pengakuan Ayah Aniaya Anak Kandung di Mataram, Kesal Telepon Tak Diangkat & Bantah Sering Memukul

Sementara itu, Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah telah memberikan keterangan terkait meninggalnya Gilang diduga akibat kekerasan.

Kabid Humas Polda Jateng Kombes Iqbal M Alqudusy mengatakan, saat ini kasus tersebut juga ditangani oleh Ditreskrimum Polda Jateng.

"Dari hasil otopsi ada tanda-tanda kekerasan," jelas Iqbal saat dikonfirmasi, Selasa (26/10/2021).

Iqbal belum bisa membeberkan lebih lanjut terkait detail hasil otopsi jenazah korban.

Namun, polisi telah memeriksa sejumlah saksi untuk pengembangan kasus tersebut.

"Sampai saat ini sudah 18 orang saksi diperiksa. 8 orang saksi dari peserta, 9 orang saksi dari panitia, 1 orang Dosen UNS," ungkap Iqbal.

(Kompas/ Kontributor Solo, Labib Zamani)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved