Dirjen KSDAE: Konservasi SDA Gunung Rinjani Harus Libatkan Masyarakat Adat
Konservasi lingkungan di kawasan hutan Gunung Rinjani membutuhkan peran aktif masyarakat.
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Pembina Laskar Sasak yang juga Kepala Badan Intelejen Negara Daerah (Kabinda) Provinsi NTB Wahyudi Adi Siswanto mengatakan, Lombok memiliki potensi energi luar biasa dengan adat dan budayanya.
Baca juga: Masyarakat Kunci Utama Atasi Pandemi Covid-19, Polda NTB Kembali Gelar Lomba Kampung Sehat
Gunung Rinjani kuno yang dikenal sebagai Gunung Samalas pernah meletus 1257.
"Letusannya sangat dahsyat yang membuat dampak buruk hingga daratan Eropa," katanya.
Hasil letusan Gunung Samalas itu kini berubah menjadi Gunung Rinjani dan danau segara anak.
"Artinya dengan doa-doa suci, energi negatif yang dimiliki Rinjani menjadi energi positif untuk umat manusia," kata Wahyudi.
Wahyudi menyatakan, manusia seharusnya mengedepankan relasi berdasarkan konsep trilogi.
Konsep trilogi dalam kehidupan manusia itu berupa hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam.
"Konsepsi trilogi relasi itu ada aturannya yang mendasarkan pada agama serta adat dan budaya," katanya.
"Dalam semua itu yang menjadi dasarnya adalah kasih sayang,” tegas Wahyudi.
Adat Sasak, lanjut Wahyudi, telah mengimplementasikan konsepsi trilogi relasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Kakek 60 Tahun Warga Bima Rudapaksa Bocah 4 Tahun di Atas Perahu, Iming-imingi Uang Rp 2 Ribu
"Ini sangat nyata termasuk dalam acara ritual asuh Gunung Rinjani ini,” ungkap alumni Fakultas Pertanian Universitas Jember ini.
Ia menambahkan, bila dilihat dalam deretan pulau-pulau nusantara, Lombok merupakan titik tengah pada busur rangkaian kepulauan.
Sehingga Lombok Mercusuar mengusung semangat nasionalisme dari bumi Lombok.
Tentu dengan mengedepankan adat dan budaya.
Sehingga bisa menjadi contoh secara nasional.
(*)