Begadang Buatkan Rapor, Guru SMPN 1 Suela Lombok Timur Merasa Diinjak-injak Siswa

Kasus video 5 orang siswi SMPN 1 Suela, Kabupaten Lombok Timur injak rapor membuat sang guru buka suara

TribunLombok.com/Sirtupillaili
Ahmad Riadi Ahyar, salah seorang guru SMPN 1 Suela, Lombok Timur 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR – Pemberhentian 5 orang siswi SMPN 1 Suela, Kabupaten Lombok Timur sebenarnya tidak diinginkan para guru.

Tapi aksi kelima siswi di dalam video TikTok benar-benar membuat perasaan guru kecewa.

”Sebenarnya kami tidak berpikir sampai mengeluarkan, tapi ini sudah keterlaluan, menginjak-injak sampai dibuang (rapor),” kata Ahmad Riadi Ahyar, salah seorang guru SMPN 1 Suela, Selasa (21/12/2020).

Rapor, kata Riadi Ahyar, harus benar-benar dihargai.

Baca juga: Buat Video TikTok Injak Rapor, 5 Siswi SMPN 1 Suela Lombok Timur Dikeluarkan dari Sekolah

Rapor merupakan rekam capaian siswa belajar selama 6 bulan di sekolah.

Para guru, menurutnya, dengan sepenuh hati membuatkan bagi para siswa.

DIKELUARKAN: Tampak depan SMPN 1 Suela, Kabupaten Lombok Timur, Selasa (22/12/2020).
DIKELUARKAN: Tampak depan SMPN 1 Suela, Kabupaten Lombok Timur, Selasa (22/12/2020). (TribunLombok.com/Sirtupillaili)

Lanjutnya, mencoret rapor dengan tipp-ex sedikit saja dinilai tak menganggap pentingnya rapor.

Dalam video itu justru rapor dibuang dan diinjak-injak.

Baca juga: 5 Siswa SMP di Lombok Timur Dikeluarkan karena Video TikTok Injak Rapor: Kecewa Nilai Tak Memuaskan

”Kita sangat kecewa karena ini adalah menginjak-injak semua guru, khususnya di SMPN 1 Suela,” kata Riadi Ahyar.  

Menurutnya, bila para guru menyaksikan langsung para siswa menginjak rapor, ia tidak bisa membayangkan hancurnya perasaan mereka.

”Kita sudah capek-capek membuat rapor, terus kemudian seperti ini,” ujarnya.

Jumat malam (18/12/2020), sebelum rapor dibagikan kepada para siswa, guru di SMPN 1 Suela begadang agar semua siswa mendapatkan rapornya.

”Pak kepala sekolah sampai Isya dia di sini karena harus tanda tangan, yang belum selesai kita lanjutkan paginya,” jelas Riadi Ahyar.

Terutama rapor siswa kelas VII mereka kebut.

Sebab jam 07:30 Wita rapor kelas VII harus dibagikan.

Baru dilanjutkan pembagian rapor kelas VIII jam 09:00 Wita.

Sementara jam 11:00 Wita pembagian rapor siswa kelas IX.

”Sangat-sangat kecewa dengan kejadian ini. Sehingga kami mengambil tindakan mengembalikan mereka ke orang tua,” jelas guru bahasa Inggris tersebut.

Pihak sekolah menyadari kebijakan itu ditentang banyak pihak. Tapi mereka siap mempertanggungjawabkannya.

Dalam rapat dewan guru, hampir semua setuju sanksi pengeluaran.

Meski ada satu guru yang tidak setuju tapi keputusan sudah diambil.

Bisa saja siswa diberikan sanksi berupa skor. Tapi guru mengaku cemas.

”Kalau diskor kami khawatir akan diikuti oleh siswa lain yang 580 orang ini,” katanya.

Peristiwa itu, kata Riadi Ahyar menjadi pelajaran bagi semua pihak. Para siswa maupun sekolah mengambil hikmah di balik insiden tersebut.

(*) 

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved