Menikah di Usia 15 Tahun, Siswa SMP di Lombok Tengah Masih Ingin Sekolah
Meski memutuskan menikah di usia 15 tahun, ES salah seorang siswa SMP di Kabupaten Lombok Tengah mengaku masih ingin melanjutkan pendidikan.
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Laporan wartawan Tribunlombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Meski memutuskan menikah di usia 15 tahun, ES salah seorang siswa SMP di Kabupaten Lombok Tengah mengaku masih ingin melanjutkan pendidikan.
”Saya masih ingin sekolah,” kata ES, saat ditemui di rumahnya.
Ia mengaku masih semangat melanjutkan pendidikan.
Namun saat ini, ES bingung bagaimana caranya melanjutkan sekolah setelah menikahi UD, remaja 17 tahun asal Desa Setiling, Kecamatan Batukeliang Utara, Lombok Tengah.
”Pengen sih lanjutkan sekolah lagi,” katanya, sembari tertunduk malu.
Hingga detik ini, ES terus kepikiran untuk menyelesaikan sekolahnya. Terlebih ia sudah duduk di bangku kelas IX SMP. Sebentar lagi ujian kelulusan.
Pihak sekolah pun pernah mendatanginya, namun kala itu ia tidak bisa membatalkan pernikahan. Sebab keluarga UD telah meminta dan mengambil ES dengan cara baik-baik.
Jika ada yang membantu, ES dengan senang hati akan mengikutinya. Namun ia bingung bagaimana rasanya masuk sekolah setelah menikah.
Apakah ia bisa diterima di sekolah atau tidak? semua itu menumpuk di benak ES. Itu akan menjadi beban tersendiri bagi ES.
Meski dulu kerap tidak masuk kelas, ES tetap berkeinginan punya ijazah minimal SMP, kalau bisa SMA sampai kuliah menjadi seorang dokter atau perawat.
”Saya tidak pernah bolos, cuma sering malas masuk,” katanya.
Selama di bangku sekolah, ia mengaku suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia dan Prakarya. ”Saya pernah membuat beberapa puisi,” tuturnya.
Demikian juga dengan pelajaran prakarya, ia sangat suka karena bisa praktik langsung membuat kerajinan.
Pelajaran prakarya dan Bahasa Indonesia membuatnya lebih semangat belajar. ”Saya senang,” katanya.
Soal nilai di kelas, ES mengaku ia siswi yang pas-pasan. Nilainya tidak bagus-bagus amat.
Tapi ia pun sama seperti siswa lainnya, ES juga memiliki cita-cita di masa depan. Bila memungkinkan ia sangat ingin menjadi seorang perawat.
Dari kecil ES bercita-cita menjadi seorang dokter, kini setelah SMP ingin menjadi seorang perawat biar bisa membantu banyak orang. ”Jadi perawat (bukan bidan?) bukan, perawat saja,” katanya.
Tapi perjalanan hidupnya penuh dengan lika-liku. Ia tidak pernah menyangka akan menikah di usia yang sangat muda.
Kini ES sudah menjadi istri UD dan harus menjalankan peran sebagai ibu rumahtangga.
Dengan segala konsekuensi, ES mengaku sudah siap pula menjadi seorang ibu dari buah hatinya bersama UD.”Saya sudah siap,” katanya.
Mengingat usia yang sangat muda, oleh keluarga ES disarankan tidak hamil terlalu cepat sebab sangat berisiko baginya.
(*)