Lahan Kritis di Luar Kawasan Hutan NTB Lebih Parah, Warga Babat Pohon Demi Tanaman Semusim

Lahan kritis di luar kawasan hutan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) lebih banyak dibandingkan lahan kritis di dalam kawasan hutan

TribunLombok.com/Sirtupillaili
GUNDUL: Kondisi kawasan hutan di Lombok yang gundul karena penebangan pohon untuk tanaman semusim. 

Laporan wartawan Tribunlombok.com, Sirtupillaili

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Lahan kritis di luar kawasan hutan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) lebih banyak dibandingkan lahan kritis di dalam kawasan hutan. 

"Khusus lahan di luar kawasan, kita kesulitan melarang warga menebang pohonnya," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi NTB H Madani Mukarom, Sabtu (24/10/2020).

Baca juga: 280.941 Hektare Hutan di NTB Kritis, 96 Ribu Hektare Gundul Bak Lapangan Bola

Dinas LHK Provinsi NTB mencatat, tahun 2018 sebanyak 577.650 hektare lahan luar kawasan yang kritis.

Jumlah itu bertambah 140.380 hektare dibandingkan data tahun 2013 sebanyak 437.270 hektare.

Penyebab lahan luar kawasan kritis sebagian besar karena konversi kabun jadi ladang terbuka.

"Teknis pembukaan lahan dengan pembakaran," katanya.

Di samping itu, ada perubahan tradisi pola tanam dari tumpangsari menjadi monokultur.

Berbeda orang terdahulu, mereka punya kearifan dengan tetap menanam pohon di kebunnya.

Saat ini, warga lebih tertarik menanam satu jenis tanaman. 

"Pohon ditebang semua dan digantikan tanaman semusim seperti jagung," katanya.

"Dulunya tertutup, kebun-kebun sekarang terbuka," tambahnya.

Pembukaan lahan untuk tanaman jagung kebanyakan terjadi di Pulau Sumbawa. 

Sebab pabrik jagung di Pulau Sumbawa berkembang pesat.

Hampir di setiap kecamatan ada pabrik. Sehingga permintaan jagung menjadi tinggi.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved