280.941 Hektare Hutan di NTB Kritis, 96 Ribu Hektare Gundul Bak Lapangan Bola
Kondisi hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sangat memperihatinkan, kawasan hutan yang kritis saat ini mencapai 280.941 hektare
Laporan wartawan Tribunlombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Kondisi hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sangat memperihatinkan.
Luas kawasan hutan yang kritis saat ini mencapai 280.941 hektare.
Kemudian 96 ribu hektare di antaranya benar-benar gundul tanpa pohon.
”Yang 96 ribu hektare ini terbuka kayak lapangan bola,” ungkap Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi NTB H Madani Mukarom, Sabtu (24/10/2020).
Baca juga: 5.000 Rumah Tangga di NTB Belum Menikmati Listrik PLN, Sebagian Besar di Sumbawa dan Bima
Sementara sisanya sekitar 184.941 hektare yang kritis tersebut masih terdapat pohon, namun pohon tegakan sangat sedikit.
”Kawasan hutan masuk kategori kritis karena dalam satu hektare kurang dari 400 batang pohon, jadi masuk itu lahan kritis,” jelasnya.
Tonton Juga :
Jika lahannya semakin terbuka dan pohonnya terus ditebang, maka masuk kategori kritis sekali.
”Kondisi yang kritis ini ada yang pohonya tinggal 100 dalam satu hektare,” ungkapnya.
Luas hutan di wilayah NTB sendiri sekitar 1,7 juta hektare.
Jika dibandingkan kondisi tahun 2013, luas kawasan hutan yang kritis bertambah dua kali lipat pada tahun 2018.
Penyebab Hutan Kritis
Dinas LHK Provinsi NTB mencatat, tahun 2013 lahan kritis di dalam kawasan hutan hanya 141.376 hektare, sedangkan tahun 2018 naik menjadi 280.941 hektare.
”Ini perkembangan yang sangat mengkhawatirkan,” kata Madani.
Hutan yang kritis itu sebagian besar ada di wilayah Sumbawa dan Bima.
Baru kemudian kawasan hutan di Lombok, baik di kawasan Rinjani mau pun Lombok bagian selatan.
Madani menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan kawasan hutan semakin kritis.
Baca juga: Sepeda Listrik Buatan Anak NTB Siap Mejeng di Arena MotoGP Mandalika
Antara lain, perambahan atau peladangan liar untuk tanaman semusim seperti padi, jagung, pidang dan lainnya.
”Juga faktor penebangan liar atau ilegal logging yang masih terjadi sampai saat ini,” sebutnya.
Faktor lainnya yakni adanya penguasaan hutan oleh penduduk, serta kebakaran hutan hingga penggembalaan liar.
”Secara perlahan semua itu membuat kawasan hutan kita semakin kritis,” katanya.
Petugas Terbatas
Di sisi lain, jumlah petugas pengaman hutan sangat terbatas.
Rasionya tidak sebanding dengan luas kawasan hutan yang dijaga. Saat ini, 1 orang petugas harus menjaga 2.200 hektare.
”Sehingga tidak mudah melakukan pengawasan dan penjagaan hutan,” katanya.
Tonton Juga :
Madani berharap, masyarakat sadar dengan kondisi saat ini sehingga bisa sama-sama menjaga kelestarian hutan.
”Kami minta pemerintah desa juga ikut membuat program untuk pelestarian hutan,” katanya.
Penanaman kembali pohon bukan tidak pernah dilakukan. ”Beberapa kali kita melakukan penanaman pohon tapi ditebang lagi,” katanya.
(*)