Virus Corona

Kasus Kematian Pasien Covid-19 di NTB Nomor Dua di Indonesia

Persentase angka kematian pasien Covid-19 di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berada di urutan nomor dua di Indonesia

TribunLombok.com/Sirtu
Kepala Dinas Kesehatan NTB dr Hj Nurhandini Eka Dewi 

Laporan wartawan Tribunlombok.com, Sirtupillaili

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM-Persentase angka kematian pasien Covid-19 di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berada di urutan nomor dua di Indonesia.

Data menunjukkan, persentase kematian NTB di angka 5,8 persen.

Posisi itu berada di bawah Provinsi Jawa Timur dengan angka 7,3 persen.

Jawa Timur saat ini merupakan daerah dengan persentase angka kematian tertinggi di Indonesia.

"Artinya 5,8 persen atau 208 orang dari seluruh pasien Covid-19 yang dirawat di NTB meninggal dunia," kata Kepala Dinas Kesehatan NTB dr Hj Nurhandini Eka Dewi.

Baca juga: Wagub NTB, Sitti Rohmi Ingatkan Pentingnya Mental yang Kuat dalam Hadapi Pandemi Covid-19

Hingga tanggal 14 Oktober, jumlah kasus warga yang positif Covid-19 di NTB mencapai 3.608 orang.

Sebanyak 2.953 orang di antaranya telah sembuh, 208 orang meninggal dunia, dan 447 orang masih dalam perwatab di ruang isolasi.

Eka menjelaskan, sebagian besar pasien meninggal di NTB merupkan kaum lanjut usia (lansia), dan 70 persen lansia itu memiliki penyakit penyerta atau komorbid.

Rata-rata pasien yang meninggal dibawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan parah.

"Sehingga sulit bagi tenaga medis menyelamatkan," katanya.

Takutlah Keluyuran

Di sisi lain, lanjut Eka, angka kesembuhan di NTB juga tinggi yakni 81,8 persen.

Artinya jika pasien Covid-19 lebih awal diperiksa saat kondisi masih stabil, maka potensi untuk sembuh lebih besar.

Untuk mencegah kematian akibat Covid-19, ia mengimbau, warga yang punya riwayat komorbid untuk tidak keluar rumah.

"Karena risiko tertular di luar sangat tinggi," katanya.

Baca juga: Program Kampung Sehat Dinilai Berhasil Menekan Penyebaran Virus Corona di NTB

Ia juga mengimbau warga tidak terlambat datang memeriksa kesehatan di sarana kesehatan seperti Puskesmas dan rumah sakit.

Selama ini, banyak warga enggan datang periksa karena takut tertular di sarana kesehatan.

"Tapi penularan di luar sarana kesehatan jauh lebih tinggi," katanya.

Karena itu, Eka mengajak semua pihak mengubah mindset.

Menurutnya jangan takut datang periksa kesehatan, tapi takutlah saat keluyuran di tempat-tempat umum dan pusat perbelanjaan.

"Jumlah warga yang tertular di luar sarana kesehatan empat kali lipat," ungkapnya.

(*)

Tonton Juga:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved