Gejala dan Cara Mengetahui Tanda-tanda Happy Hypoxia pada Pasien Covid-19

Akhir-akhir ini istilah Happy Hypoxia muncul menjadi perbincangan di tengah pandemi Covid-19.

Editor: Wulan Kurnia Putri
freepic
Ilustrasi- Virus Corona. 

Happy Hypoxia Terjadi pada Pasien di Seluruh Dunia

Sebuah gejala hening yang membuat orang yang terinfeksi Covid-19, tanpa sadar tubuhnya mengalami kekurangan oksigen, sehingga dapat menimbulkan hilang kesadaran, koma hingga kematian secara tiba-tiba.

Riset mengenai kondisi pasien Covid-19 dengan happy hypoxia sudah diteliti sejak beberapa bulan lalu.

Di Jawa Tengah, pejabat setempat menyebut rata-rata pasien Covid-19 di sana mengalami gejala Happy Hypoxia.

Namun, juru bicara Satgas Covid-19 Jawa Tengah mengatakan, Happy Hypoxia bukan hanya di Jawa Tengah, tapi dapat terjadi terhadap seluruh pasien Covid-19 di seluruh dunia.

Gejala happy hypoxia diperkirakan sudah ditemukan sejak novel coronavirus menjadi wabah di Wuhan, China.

Dalam satu artikel yang dipublikasi awal Maret 2020 di Springer-Verlag GmbH Germany, dijelaskan banyak pasien covid-19 yang berusia lanjut di Wuhan mengalami gagal napas, tapi tanpa disertai tanda-tanda adanya gangguan pernapasan.

Saat itu, istilah yang digunakan adalah silent hypoxemia, yang kemudian berkembang menjadi happy hypoxia.

Disebut happy, karena pasien tidak mengalami napas tersenggal-senggal, sehingga tetap terus beraktivitas, tanpa mengetahui oksigen dalam darahnya kurang.

"Jadi artinya, pasien bergejala, batuk, atau demam, lemas, tidak enak badan, tapi dia tidak terlihat sesak, masih tetap melakukan aktivitas hari-harinya, masih makan, masih menelpon, masih tersenyum, masih bisa mandi, bisa berjalan, tapi sesungguhnya kondisinya berbahaya karena kadar oksigen itu akan terus (turun)," kata Dokter Spesialis Paru Erlina Burhan.

Sementara itu, Tri Maharani seorang penyintas Covid-19 yang bertugas sebagai kepala unit gawat darurat di Rumah Sakit Daha Husada, Kediri, Jawa Timur.

Ia terinfeksi virus corona awal Juni lalu.

Hari-hari pertama terinfeksi, Tri tak mengalami gejala.

Tapi setelah pemeriksaan, kadar oksigen dalam darahnya (saturasi) berada di bawah ambang batas normal.

"Kondisinya oke-oke saja, tapi pas dicek saturasi, saturasinya rendah, kemudian di-foto ulang, ternyata pneumonia saya jadi lebih berat lagi," kata kata dokter Tri Maharani.

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved