Wiasta Lombok
Plataran Trenggani: Kisah Ibu Susan 'Sulap' Kebun Jadi Surga Para Petualang
Konsep yang sederhana dan organik ini menjadi daya tarik utama Plataran Rinjani.
Laporan Nita Agustina
TRIBUNLOMBOK.COM, LINGSAR - Plataran Trenggani, sebuah destinasi unik di Desa Batu Kumbung, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, kini menjadi magnet bagi para pencinta kegiatan luar ruangan.
Tempat ini menawarkan pengalaman berkemah dan acara luar ruang yang asri, jauh dari hiruk pikuk kota.
Destinasi ini dikelola oleh Ibu Susan, seorang pencinta alam yang mendedikasikan lahan keluarganya untuk kegiatan komunitas.
Destinasi ini terbentuk secara tidak sengaja. Pengelola tidak pernah merencanakan untuk mengembangkannya sebagai objek wisata.
"Awalnya ini hanya kebun milik keluarga," tutur Ibu Susan.
"Saya memang senang berkegiatan outdoor, lalu anak saya dan teman-temannya mengadakan kegiatan di sini. Teman mengajak teman, hingga akhirnya terbentuk komunitas kecil yang rutin berkegiatan. Baru tahun kemarin tempat ini resmi dibuka untuk acara gathering dan camping."
Konsep yang sederhana dan organik ini menjadi daya tarik utama Plataran Trenggani.
Para pengunjung dapat menikmati keindahan alam Lombok Barat, berkemah di bawah bintang, dan mengadakan acara komunitas di ruang terbuka.
Baca juga: Taman Agro Wisata Terong Tawa, Tawarkan Pengunjung Panen Buah Sendiri
Fasilitas dan Edukasi
Plataran Trenggani kini dilengkapi berbagai fasilitas seperti pendopo, aula, kamar mandi, mushola, serta area edukasi energi terbarukan.
Di sini, pengunjung bisa melihat kincir angin dan panel tenaga surya yang menjadi sarana pembelajaran.
“Kami bekerja sama dengan SMK di sekitar sini. Siswa-siswa atau pengunjung yang datang bisa belajar langsung tentang cara kerja energi angin dan tenaga surya. Area ini juga nyaman untuk camping, sehingga kegiatan edukasi bisa dipadukan dengan aktivitas luar ruangan,” tambahnya.
Selain edukasi, tersedia juga wahana flying fox untuk menambah keseruan kegiatan.
Semua aktivitas yang membutuhkan standar keselamatan, seperti flying fox, ditangani langsung oleh pihak Plataran Trenggani.
Menjaga kebersihan dan kenyamanan
Kebersihan menjadi hal yang sangat diutamakan. Ibu Susan selalu mengingatkan pengunjung untuk meminimalisir sampah plastik dengan membawa tumbler atau galon air sendiri.
“Saya ingin siapa pun yang datang ke sini, datang bersih dan pulang bersih. Sampah plastik harus diminimalisir. Kalau ada yang membuang sampah sembarangan, saya kenakan sanksi Rp 5.000 per sampah. Bukan karena uangnya, tapi supaya mereka sadar pentingnya menjaga kebersihan,” tegasnya.
Rumput di area camping juga rutin dipotong agar tetap nyaman digunakan. Untuk keamanan, warga setempat turut membantu menjaga area saat ada pengunjung yang menginap.
Sistem Reservasi dan Kegiatan
Plataran Trenggani hanya menerima kunjungan secara reservasi, sehingga privasi dan kenyamanan tetap terjaga. Biasanya tempat ini digunakan untuk workshop, pengajian, muhasabah akhir tahun, hingga makrab mahasiswa.
“Pengunjung biasanya punya agenda dari sore hingga dini hari, seperti sholat berjamaah, kajian, hingga sholat tahajud bersama. Tempat ini mendukung berbagai kegiatan positif, dari pagi sampai pagi lagi,” kata Ibu Susan.
Lahan Milik Keluarga
Lahan seluas sekitar 1 hektare ini merupakan milik orang tua Ibu Susan. Selain menjadi tempat kegiatan, Plataran Trenggani juga menjadi sarana mengenalkan berbagai jenis tanaman buah kepada pengunjung, seperti manggis, sawo, dan pete.
“Anak-anak bisa jalan-jalan di kebun sambil belajar mengenal pohon buah. Saya senang melihat mereka mendapatkan pengalaman baru,” ucapnya.
Ramah untuk Rombongan
Sebagian besar pengunjung adalah mahasiswa yang datang untuk acara kampus. Plataran Trenggani lebih memprioritaskan kelompok atau rombongan daripada individu agar kegiatan yang dilakukan bisa lebih terorganisir.
“Kami menyesuaikan kebutuhan mereka. Apapun yang mereka perlukan untuk acara, kami usahakan sediakan,” tutup Ibu Susan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.