Padel Makin Diminati di NTB, Event “La Reunion” Kembali Digelar di Kuta

Dalam event ini, peserta dikelompokkan dalam beberapa kategori berdasarkan level permainan, yakni bronze, silver, gold, dan platinum.

Editor: Sirtupillaili
Dok.Istimewa
PADEL - Suasana pertadingan olahraga Padel di La Reunion, di Jalan Mawun, Kuta, Lombok Tengah. 

Laporan Stefania Lorensa dan Merry 

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAMOlahraga padel semakin menunjukkan geliatnya di Nusa Tenggara Barat (NTB), khususnya di kawasan Kuta, Lombok Tengah. 

Sabtu dan Minggu ini, event padel bertajuk “La Reunion”kembali digelar untuk keempat kalinya. 

Event ini menjadi ajang berkumpulnya para pecinta olahraga Padel, baik dari kalangan ekspatriat maupun pemain lokal yang mulai menunjukkan ketertarikannya pada olahraga raket ini.

Wakil Ketua Perkumpulan Besar Padel Indonesia (PBPI) NTB, Samudra mengatakan, event La Reunion dihelat setiap tiga hingga empat bulan sekali dan sudah berlangsung selama satu setengah tahun. 

“Ini sudah event keempat. Tiga event sebelumnya pesertanya hampir semua bule, ekspat, dari luar negeri. Baru di event keempat ini lumayan banyak peserta lokal yang ikut,” ujarnya.

Baca juga: Prediksi Skor Spain vs Colombia FIFA U20 World Cup Minggu 12 Oktober 2025 Jam 03.00 WIB, Link Live

La Reunion, Ajang Padel di Tengah Wisata Kuta

Event ini digelar di pusat olahraga padel La Reunion, di Jalan Mawun, Kuta, dengan enam lapangan, fasilitas toilet, dan kafe yang representatif. 

Menariknya, penonton dapat menyaksikan pertandingan tanpa dipungut biaya.

“Lapangan di sini termasuk yang terbaik. Penonton bebas datang, nonton, dan mengenal olahraga padel. Ini jadi cara bagus untuk memperkenalkan olahraga ini ke masyarakat,” jelas Samudra.

Biaya pendaftaran peserta sebesar Rp800 ribu per tim, atau Rp400 ribu per orang, sudah termasuk kaus event dan perlengkapan lainnya. 

Dalam event ini, peserta dikelompokkan dalam beberapa kategori berdasarkan level permainan, yakni bronze, silver, gold, dan platinum.

Olahraga Asal Latin yang Mulai Booming di Indonesia

Padel sendiri merupakan olahraga asal Meksiko yang telah lama populer di negara-negara Latin seperti Spanyol, Brasil, dan Argentina. 

Uniknya, Lombok menjadi lokasi lapangan padel pertama di Indonesia, tepatnya di Tampah Hills, sejak tahun 2019—jauh sebelum olahraga ini booming di Jakarta dan Surabaya.

“Lapangan pertama itu di Tampah Hills, punya investor dari Swedia. Baru setelah itu berkembang ke Bali dan kota-kota besar lain,” tutur Samudra yang juga telah menekuni padel selama hampir satu tahun.

Dukungan Komunitas Jadi Kunci Pertumbuhan Padel

Meski belum mendapat dukungan langsung dari instansi seperti KONI atau Kemenpora untuk event lokal, Samudra menegaskan bahwa secara nasional padel telah masuk radar pengembangan olahraga Indonesia. 

Bahkan, cabang olahraga ini dipastikan masuk sebagai cabang resmi PON 2028, dan ditargetkan ikut dalam Olimpiade 2032.

“Tantangan terbesar bukan hanya harga sewa lapangan yang masih tinggi, tapi juga pembentukan komunitas. Olahraga tanpa komunitas tidak akan bertahan lama,” ujarnya.

Untuk itu, PBPI NTB berencana memperluas penyelenggaraan event ke kota lain, seperti Mataram, sembari membentuk komunitas padel di wilayah tersebut.

Peserta Mancanegara Ramaikan Event

Event La Reunion kali ini juga diikuti oleh pemain dari berbagai negara seperti Spanyol, Jerman, Belanda, bahkan peserta dari Bali yang khusus datang ke Lombok. 

Kategori Silver saja diikuti oleh 32 peserta atau 16 tim. Meski dominan oleh peserta asing, keikutsertaan lokal mulai menunjukkan peningkatan.

Harapan: Tumbuh Tepat, Bukan Sekadar Cepat

Sebagai peserta dan juga penggiat padel, Samudra berharap event ini mampu memacu pertumbuhan olahraga padel di NTB. 

“Saya pribadi tentu ingin menang. Tapi lebih penting lagi adalah agar padel tumbuh dengan jalur yang tepat. Tidak perlu cepat, yang penting bertahan lama,” ungkapnya.

Samudra juga melihat potensi ekonomi dari olahraga ini, mulai dari peluang UMKM hingga pembukaan lapangan pekerjaan. 

Ia berharap pengelola lapangan padel ke depan tidak hanya berorientasi pada konsep “pay and play” namun juga mendorong pembentukan komunitas agar ekosistem olahraga ini terus hidup dan berkembang.

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved