HUT ke 80 RI

Peringati HUT RI, ADBMI Putar Film Bebadong, Sindir Realita Pahit PMI 'Belum Merdeka dari Calo'

Advokasi Buruh Migran Indonesia (ADBMI) Foundation memutar film Bebadong atau jimat.

Penulis: Toni Hermawan | Editor: Laelatunniam
TRIBUNLOMBOK.COM/TONI HERMAWAN
FILM BEBADONG - Suasana pemutaran film bebadong di Lombok Timur, Minggu (17/8/2025). Film ini mengisahkan para pekerja migran yang belum merdeka dari para calo atau tekong. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Toni Hermawan

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR – Advokasi Buruh Migran Indonesia (ADBMI) Foundation memutar film Bebadong atau Jimat.

Ide cerita film ini berangkat dari realitas yang dihadapi ADBMI Foundation. Bebadong menceritakan seorang pekerja migran yang tidak memiliki keterampilan, namun tetap memilih berangkat ke luar negeri melalui jalur nonprosedural.

Untuk memuluskan perjalanannya, pekerja migran tersebut justru menemui seorang dukun untuk meminta sebuah bebadong atau jimat, dengan harapan perjalanannya di negara penempatan berjalan lancar sesuai harapan.

Nahas, pekerja migran tersebut meninggal dunia. Keluarganya pun kesulitan mengurus berbagai administrasi karena ia berangkat secara ilegal.

Direktur ADBMI Foundation, Roma Hidayat, mengatakan hingga kini masih banyak pekerja migran yang percaya pada hal-hal mistis sebelum berangkat ke luar negeri.

Mereka tidak mempersiapkan keterampilan atau kemampuan, tidak mengetahui aturan dan prosedur keberangkatan, serta tidak tahu tempat mengadu ketika hak-haknya tidak terpenuhi.

“Orang-orang masih percaya pada jimat dan mantra dan menggunakan itu persiapan untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI),” kata Roma saat ditemui di sela pemutaran film Bebadong, Minggu (17/8/2025) sore.

Ia menegaskan, cara-cara tersebut tidak akan mampu melindungi pekerja migran di negara tujuan. Misalnya, mandi tengah malam atau mencari jimat, namun pada akhirnya jimat itu tidak dapat melindungi mereka.

“Ini realitas coba kita angkat ke cinema, kita ingin supaya orang-orang menyadari kalau cara itu tidak relevan, buktinya banyak kasus,” tegasnya.

Roma juga menyinggung pada momentum Hari Kemerdekaan ini, pekerja migran sejatinya belum benar-benar “merdeka” dari calo atau tekong.

“Calo-calo ini masih menjadi aktor utama dari permasalahan yang ditemukan pekerja migran kita, tekong ini raja dari bisnis ini, mereka ini paling kaya, mereka ini VOC-nya,” sebutnya.

Ia mengatakan, pemutaran film Bebadong pada Hari Kemerdekaan menjadi sarana untuk mengingatkan pemerintah dan seluruh pihak, mengisi kemerdekaan tidak cukup dengan karnaval, bergembira, makan kerupuk, dan upacara. Isu kemerdekaan, menurutnya, masih dibayangi praktik kolonialisme.

“Dulu kita terkena perbudakan dengan kerja paksa (romusha), sebenarnya warga kita masih diperbudak menjadi buruh-buruh (di negara penempatan), masih menemui itu, perbudakan modern lagi PMI menjadi korban penjualan organ,” keluhnya.

Roma mengaku hingga kini belum melihat adanya terobosan dari Pemerintah Kabupaten Lombok Timur dalam menangani persoalan buruh migran.

“Selama ini yang paling banyak intervensi (kasus buruh migran) itu NGO, bisa kita lihat juga postur anggaran untuk perlindungan PMI hampir nol, padahal kita penyumbang PMI,” tegasnya.

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved