Tidak tanya cerita bullying, wayang botol juga memberikan edukasi tentang menjaga lingkungan alam. Wayang botol sendiri terbuat dari sampah botol plastik.
“Ini cerita wayang botol yang kita pentaskan ini tentang bahaya bullying untu semua orang. Ini menjadi pengingat kita agar kita saling menghargai,” kata panitia HUT DAM ke-7, Gausa Daffa Putra Darere ditemui disela acara.
Disampaikan Daffa, kasus bullying masih sangat masif terjadi di lingkungan sekolah, sehingga harus menjadi perharian bersama.
“Kami di DAM ada namanya program kegiatan Dewan Anak Mataram go to school. Di situ kami memberikan edukasi bagaimana mencegah bullying, hingga penanganan. Kami juga melakukan kampanye hak-hak anak,” kata Daffa.
Ketua LPA Koto Mataram Joko Jumadi mengungkapkan, kasus kekerasan di terhadap anak di Kota Mataram masih banyak terjadi.
“Dari catatan kami di tahun 2025 ini ada 10 kasus kekerasan terhadap anak,” kata Joko ditemui usai acara.
Joko meminta peran aktif keluarga nutuk menjadi sekolah pertama yang mendidik anakanya sehingga menghindari potensi bullying, kekerasan seksual dan lainnya.
Disampaikan Joko, saat ini penanaganan kasus kekerasan yang anak di Kota Mataram masih parsial. Sehingga ke depan, kata dia, pemerintah dapat lebih berperan aktif mendengar suara anak-anak.
“Ini yang perlu kita lakukan ke depannya bagaima kita mengkolaborasikan, sistem pencegahan, penanganan atau pengurangan resiko dengan melibatkan anak-anak kita juga,” kata Joko.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi NTB, Wirawan menyambut baik prgram-program yang telah dilakukan oleh Dewan Anak Mataram.
“Acara ini adalah acara yang sangat strategis, ini bukti kepedulian anak-anak kita dalam berpartisipasi dalam pengembangan potensi anak dan perlindungan anak di NTB” kata Wirawan.
(*)