TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Stroke merupakan kondisi serius yang terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah atau mengalami penyumbatan sehingga aliran darah ke otak menjadi terhambat.
Seseorang yang mengalami kondisi tersebut seringkali mengalami penurunan fungsi dari alat gerak tubuh, kesulitan mengingat, gangguan keseimbangan, kesulitan berbicara dan lain sebagainya. Pada akhirnya akan menyebabkan penurunan kualitas hidup dari pasien stroke tersebut.
Untuk mengembalikan kemampuan dan fungsi tubuh pasca stroke, terapi latihan adalah treatment yang dianjurkan.
Tentunya bila dilakukan oleh dan di bawah pengawasan tenaga profesional.
Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSUD Provinsi NTB, dr. Nurul Ulyani, Sp.KFR menjelaskan latihan yang aman dilakukan oleh pasien stroke adalah latihan yang intensitasnya ringan sampai sedang.
Secara umum latihannya untuk memelihara kebugaran untuk mencegah kekakuan otot.
"Kemudian latihan untuk aktivitas sehari-hari yang sederhana, seperti latihan makan, latihan berpakaian,"jelasnya.
Fikri Junaedi, AMd.FT Fisioterapis RSUD Provinsi NTB menambahkan, Latihan dengan intensitas ringan bagi pasien pasca stroke lebih ditekankan pada tekniknya.
"Lebih ke teknik latihannya seperti apa dan kualitas gerakannya seperti apa, tidak repetisi tidak memberikan latihan yang berat tapi kualitasnya,"jelasnya Fikri.
Contoh, latihan duduk ke berdiri. Bagaimana kondisi postur tubuh dan keseimbangan pasien, supaya cara duduk ke berdiri lebih maksimal dan efisien.
Lalu apakah dengan latihan itu penyumbatan di otak dapat disembuhkan? Dokter Nurul menjelaskan kerusakan saraf pasca stroke bisa diperbaiki.
Pada dasarnya saraf mempunyai kemampuan untuk memperbaiki diri, kemudian dengan perkembangan teknologi sekarang proses untuk mencegah kerusakan saraf yang lebih luas karena pembuluh darah yang pecah atau tersumbat itu bisa dicegah.
"Kemudian pemulihan dari saraf yang sudah rusak itu sangat mungkin sekali terjadi kemudian di mana peran latihan dalam proses pemulihan,"terangnya.
Saraf itu mempunyai kemampuan untuk memperbaiki struktur dan fungsinya setelah kejadian rusak itu dimungkinkan karena pengaruh dari lingkungan kemudian dari proses kognitif peran dari pasien itu sendiri dan juga dukungan keluarga.