Pilkada NTB

Menimbang Kekuatan Suhaili di Pilgub NTB Usai Ditinggal Golkar dan Dualisme Dukungan Yatofa

Penulis: Sinto
Editor: Idham Khalid
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TGH. M Suhaili FT pada acara pengajian yang berlangsung di Masjid Al-Ikhlas Ponggong, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah, Kamis (12/10/2022)  

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Partai Golkar secara resmi mendukung pasangan Lalu Muhamad Iqbal-Indah Dhamayanti Putri atau Iqbal-Dinda di Pilgub NTB 2024. 

Sikap dukungan partai berlambang pohon beringin tersebut, memupuskan harapan Suhaili Fadil Thohir atau Abah Uhel meraih dukungan dari partai tempatnya bernaung.

Selain ditinggal partainya, Yatofa Bodak yang notabene merupakan basis terbesar yang dimiliki oleh Abah Uhel, saat ini tengah menjadi perbincangan setelah sejumlah tokoh Yatofa  ada yang mendukung paslon lain.

Lalu bagaimana kekuatan Abah Uhel bisa menyumbangkan suara mendampingi Zulkifliemansyah di Pilgub NTB 2024 berdasarkan kacamata pengamat dan tim relawan? 

Analisa Pengamat Politik

1. Basis Suara Abah Uhel Melemah

Pengamat politik NTB Dr Agus, pihaknya menilai Abah Uhel cukup melemah dibandingkan dengan Pilgub 2018. Jika pada Pilgub sebelumnya mendapatkan dukungan penuh dari Lombok Tengah, disamping ditinggal Golkar dan Yatofa, Suhaili juga terpecahkan oleh suara Iqbal. 

"Kelihatannya Iqbal juga menunjukkan elektabilitas yang semakin tinggi. Ini menjadi ancaman menurut saya bagi Suhaili di Lombok Tengah. Sehingga barangkali Suhaili disarankan tidak harus bertumpu pada basis Lombok Tengah tetapi kemudian harus mencari dukungan penuh di 3 kabupaten yaitu Lombok Barat, Mataram dan KLU," jelas pria yang akrab disapa Doktor Agus. 

Tidak ada calon gubernur yang berasal dari wilayah tersebut sehingga Abah Uhel disarankan membidik 3 wilayah tersebut untuk menutupi kekurangan suara. 

Baca juga: Salip Elektabilitas Petahana di Survei LSI, Lalu Iqbal: Mohon Doanya!

Lebih lanjut Doktor Agus menjelaskan, koalisi Gerindra-Golkar di Lombok Tengah melalui pasangan Pathul-Nursiah Jilid II bakal menjadi ancaman yang berat bagi Abah Uhel. 

"Oleh karena itu, lagi-lagi tidak lagi bisa mengharapkan ceruk elektoral di Lombok Tengah tapi kemudian harus berpindah ke Lombok Barat, Mataram dan Lombok Utara. Karena itu yang paling mungkin," jelas Doktor Agus. 

"Kalau di Dompu dan Bima itu sudah dihadang oleh Dinda. Kalau kemudian dihadang oleh Musyafirin, Lombok Timur sudah dihadang Rohmi," sambung Doktor Agus. 

2. Dukungan Jemaah Yatofa Berpotensi Terbelah

Lenih jauh Agus menjelaskan, Abah Uhel dipastikan masih didukung oleh Yatofa meskipun akhirnya terpecah menjadi dua basis dukungan.

"Sebagian ke Zul-Uhel dan sebagian lagi ke Iqbal-Dinda. Saya melihat Yatofa terbiasa main dua kaki," jelas Dr Agus. 

Dikatakan Dr Agus, untuk membangun kekuatan politik sebesar 2018 Abah Uhel harus membangun pola koalisi yang terintegrasi antara Pilgub NTB dengan Pilbup kabupaten/kota.

"Suhaili harus mendukung Adiknya Puaddi Fadil Thohir untuk maju di Lombok Tengah misalnya. Dan ini dukungan partai tentu harus linier dengan Abah Uhel. Dengan begitu akan meringankan kerja politik Suhaili," jelas Dr Agus. 

3. Momentum Suhaili pada Tahun 2018

Doktor Agus menyebut momentum Suhaili pada tahun 2018 karena menjabat sebagai ketua Golkar NTB sekaligus bupati Lombok Tengah dua periode. 

"Jadi modalitas politik dikuasai dan modalitas finansial dimiliki. Sekarang Suhaili timpang di 2 sisi itu. Timpang di modalitas finansial karena sudah tidak menjabat dan timpang di modalitas politik karena tidak didukung oleh partainya sendiri. Saya kira ini menjadi tantangan yang berat bagi Suhaili," pungkas Doktor Agus. 

Tanggapan dan Analisa Relawan

1. Dukungan Partai Dinilai Tidak Menonjol

Tim pemenangan Zul-Uhel Hasan Masat mengatakan, dalam pengalaman Pilkada partai seringkali tidak menonjol. Menurutnya, masyarakat tidak lagi melihat dukungan dari partai apa. 

"Figur mana yang ditanya? Track record seperti apa? Siapa orang ini? Bagaimana pengalamannya? Itu seringkali masyarakat bertanya. Itu perbedaannya dengan Pileg. Kalau itu masyarakat baru bertanya dari partai apa," jelas aktivis senior NTB ini. 

Hasan menjelaskan, pengalaman Abah Uhel memimpin Lombok Tengah berdampak signifikan pada perolehan suaranya nanti. Pihaknya optimis bakal merebut suara sekitar 60-70 persen di Lombok Tengah. 

Baca juga: Semeton Uhel Bergerak! Relawan Siap Antar Zul-Suhaili Menangkan Pilkada NTB 2024

"Soal dukungan dari Tuan Guru Bodak saya kira itu hal yang biasa. Sehingga tetap menghargai keputusan tuan guru Bodak sebagai personal. Tapi kita perlu diingat Tuan Guru Bodak adalah kakak dari Suhaili yang merupakan zuriat dari pendiri Yayasan Bodak," jelas Hasan.

Dikatakan Hasan, Abah Uhel selama dua periode berhasil memimpin Lombok Tengah dengan program rurung reban, perkuat posisi desa dan berbagai kegiatan yang sifatnya religius. 

2. Abah Uhel tidak Terpengaruh dengan Modalitas Finansial

Hasan Masat menjelaskan, pihaknya memastikan modalitas finansial Abah Uhel masih tetap stabil namun tentu terdapat kekurangan dibandingkan menjabat jadi bupati. 

"Misalnya katakanlah dari segi modal dan penguasaan terhadap ASN. Itu tidak menjadi bagian yang utama kita pikirkan. Yang kita pikirkan bagaimana kesukaan masyarakatnya dan sosialisasi program ketika dipimpin Suhaili," jelas Hasan. 

Lebih lanjut Hasan menyebutkan, kekuatan politik Abah Uhel dipastikan masih sama dengan tahun 2018, bahkan ada kerinduan dari masyarakat Lombok Tengah atas sosok Suhaili. 

Tim tetap solid dengan segala kekurangan dan bekerja memenangkan Zul-Uhel di Pilgub NTB 2024.

(*)

Berita Terkini