Terlebih dari segi pembuatan, paling diutamakan adalah higenitasnya.
"Untuk bahan pembuatan kami ambil dari bahan alami, dan diutamakan higenitas, utamanya, kami menggunakan esensial oil untuk menghilangkan," jelasnya.
Selebihnya, untuk sekarang pihaknya mengaku sedang berupaya menerbitkan izin edar supaya produk SPA garam kecantikan tersebut bisa diperjualkan bebas, bukan hanya saja di Desa Pijot.
Diharapkan produk tersebut bisa menjadi icont utama di Desa Pijot.
"Produk ini kita harapkan sebagai ikon dari Desa Pijot, dan harapan kami jika ada wisatawan yang datang ke pijot mereka punya ciri khasnya sendiri," ungkapnya.
Lebih lanjut Ramana mengakui, biaya produksi produk tersebut tidak sedikit, dimana satu kali produksi bisa menghabiskan anggaran Rp2 juta.
"Kalau sejauh ini dari RAB hampir Rp2 juta, soalnya esensial oilnya yang agak mahal," ungkapnya.
Namun diakuinya, produk ini masih dalam tahapan pengembangan.
Hingga ke depan bisa dipasarkan secara luas di Desa Pijot, dengan taksiran satu produk dijual Rp10 ribu - Rp15 ribu.
Diharapkan inovasi mahasiswa KKN Unram berlanjut sampai seterusnya.
Mengingat begitu banyak keuntungan, salah satunya sebagai upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat melalui ekonomi kerakyatannya.
"Harapan kami sendiri semoga inovasi yang kami bawa bisa berlanjut sampai sejauh mungkin, karena produk kami bukan hanya sesat, namun ini juga jangka panjang, dimana di dunia kecantikan juga perlu produk produk yang baru," kata Ramana.
"Kita lihat saja kebutuhan produk kecantikan baru setiap tahunnya selalu meningkat di pasaran, terlebih lagi produk yang kami buat ini dibuat dengan bahan alami," pungkasnya.
Terpisah, Camat Keruak Ahmad Subhan mengapresiasi apa yang di lakukan KKN Unram di Desa Pijot.
Terlebih lagi dalam upaya pemberdayaan dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.