TRIBUNLOMBOK.COM - Berikut ini profil Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid, putri pendiri Nahdlatul Wathan (NW) TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid merupakan salah satu tokoh sentral organisasi Nahdlatul Wathan (NW).
Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid menjadi perempuan pertama yang terpilih sebagai ketua umum Pengurus Besar (PB) Nahdlatul Wathan (NW).
Dia mengemban jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (NW) hasil Muktamar X tanggal 24-26 Juli 1998 di Praya - Lombok Tengah.
Terpilihnya Sitti Raihanun sebagai ketua umum PB NW ini menjadi peristiwa bersejarah dalam perjalanan di Nahdalatul Wathan dan menjadi awal mula kontroversi di internal organisasi.
Baca juga: Profil TGB Muhammad Zainul Majdi, Ulama Nahdlatul Wathan yang Menjadi Gubernur dan Pimpinan Partai
Posisi Sitti Raihanun sebagai ketua umum PB Nahdlatul Wathan kini digantikan anaknya, TGKH Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani.
TGKH Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani terpilih secara aklamasi menjadi ketua umum PB NW periode 2019-2024, pada Muktamar ke–14 NW di Mataram, 25-27 Juni 2019.
Berikut ini profil Sitti Raihanun, tokoh Nahdlatul Wathan yang akrab dipanggil Ummi Raihanun.
Sitti Raihanun lahir tahun 1952 M, putri dari pasangan Maulana Syekh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid bersama Hj Rahmatullah.
Sitti Raihanun hidup di tengah-tengah keluarga dengan latar belakang ilmu agama yang tindih.
Sitti Raihanun dibesarkan dengan penuh kasih sayang yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dikutip dari nw.or.id, sebagai putri Maulana Syekh TGKH Muhamamd Zainuddin Abdul Madjid, masa kecil Sitti Raihanun sebagian besar dihabiskan untuk mendampingi perjuangan sang ayah dalam menegakkan ajaran Islam dan mengembangkan organisasi Nahdlatul Wathan.
Kedekatannya dengan seluruh aktivitas sang ayah membuat Sitti Raihanun sangat memahami seluk beluk perjuangan dakwah dan membesarkan organisasi sesuai dengan niat awal sang pendirinya.
Bimbingan dan arahan sang ayah kepada dirinya sangat dominan dalam menentukan arah perjuangannya.
Pendidikan dan Kisah Pernikahan
Sitti Raihanun menyelesaikan pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Negeri 2 Pancor yang dilanjutkan dengan Madrasah Mu'allimat NW Pancor.
Kecerdasan ayahnya sebagai seorang ulama besar turun kepadanya.
Tidak heran sejak kecil dia sudah prestasi sebagai bintang kelas di hampir semua jenjang pendidikan.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Madrasah Mu'allimat NW Pancor, Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid menikah dengan bangsawan sekaligus murid kesayangan ayahnya yaitu Drs H Lalu Gede Wiresentane dari Bonjerok, Lombok Tengah.
Setelah itu, Sitti Raihanun melanjutkan pendidikannya ke IAIN Sunan Ampel Malang.
Dari hasil pernikahan dengan Drs H Lalu Gede Wiresentane, Sitti Raihanun dikaruniai 4 orang putra dan 3 orang putri.
Salah satu diantaranya adalah Raden Tuan Guru Bajang TGKH Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani.
Sosok Ibu Rumah Tangga
Sebagai seorang istri, Sitti Raihanun telah mengabdikan dirinya sesuai dengan ketentuan ajaran agama.
Kebaktian sebagai seorang istri telah membuktikan dirinya sebagai seorang perempuan yang patuh dan tunduk terhadap perintah dan bimbingan sang suami.
Terlebih lagi sebagai seorang istri Pegawai Negeri Sipil yang berpindah-pindah dari suatu posisi jabatan yang satu ke posisi jabatan yang lainnya.
Namun sebagai seorang istri, Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid selalu mampu menyesuaikan diri dengan karir sang suami.
Sitti Raihanun juga aktif di berbagai organisasi kewanitaan dalam struktur birokrasi kepemerintahan.
Diantaranya Tim Penggerak PKK di beberapa institusi pemerintah sesuai dengan jenjang karir sang suami.
Sitti Raihanun tercatat sebagai Wakil Ketua PKK BKPMD Provinsi NTB.
Kiprah Organisasi
Sebagai putri pewaris Nahdlatul Wathan, Sitti Raihanun sangat aktif di berbagai kegiatan Nahdlatul Wathan.
Sebelum masuk dalam struktur organisasi, dia sudah mengambil peran untuk mendukung perjuangan sang ayah Maulana Syekh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Hampir semua kegiatan-kegiatan organisasi Nahdlatul Wathan dikutinya.
Berkat kegigihan Sitti Raihanun dalam semua kegiatan organisasi, Lalu Yahya Sakre mengusulkan terbentuknya Pengurus Kegiatan Muslimat Nahdlatul Wathan (NW).
Beberapa tahun kemudian, Sitti Raihanun diberikan SK langsung sebagai Ketua Pengurus Kegiatan Muslimat oleh Pimpinan Pusat Muslimat NW.
Setelah beberapa lama berjalan, diadakanlah Konferensi Wilayah Muslimat NTB untuk pertama kalinya.
Sitti Raihanun menjadi pemimpin pengurus wilayah Muslimat NW NTB.
Pada awal kepemimpinannya, Sitti Raihanun menghidupkan seluruh Pengurus Daerah Muslimat NW se-NTB.
Setelah satu periode memimpin Pengurus Wilayah Muslimat NW NTB, beliau langsung diangkat menjadi Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muslimat NW.
Menjadi Ketua Umum PB NW
Menurut TGKH Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani dalam tulisannya di nw.or.id, Sitti Raihanun Zainuddin bukanlah sosok perempuan yang haus jabatan.
Sitti Raihanun sekali tidak pernah bermimpi untuk memegang peranan penting dalam oranisasi yang dibangun ayahandanya.
Baginya berjuang bukanlah lantaran jabatan semata, namun organisasi NW baginya merupakan hidup sekaligus amanat yang harus dilaksanakan dalam kapasistas apapun.
Terlebih dia merupakan putri pendiri NWDI-NBDI yang dipercayakan sebagai pemegang surat kuasa Al-Maghfurlah, melanjutkan perjuangan organisasi sudah tentu menjadi tangguingjawab dirinya.
Tingginya semangat perjuangan Sitti Raihanun menjadi pertimbangan para petinggi organisasi NW.
Sehingga Sitti Raihanun mendapat amanat jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan pada Muktamar X, tanggal 24-26 Juli 1998 di Praya, Lombok Tengah.
Terpilihnya Sitti Raihanun sebagai ketua umum mengundang reaksi dan gejolak di internal organisasi NW.
Di tengah pro kontra, Sitti Raihanun mampu membuktikan diri sebagai penerus ayahandanya dalam memperjuangkan organisasi.
Berbagai keberhasilan dalam memimpin organisasi dapat diwujudkan.
TGKH Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani dalam tulisannya menyaksikan sendiri perjuangan Sitti Raihanun yang tidak kenal lelah, waktu dan tempat demi membesarkan organisasi.
Di bawah kepemimpinannya, NW semakin berkembang. Terbukti dengan pesatnya pertumbuhan jumlah madrasah NW dan madrasah NWDI-NBDI.
Pada umumnya madrasah belum membedakan siswa banat (siswa perempuan) dengan banin (siswa laki-laki).
Guna memisahkan tullab (siswa) banin dan tullab banat, didirikanlah Madrasah NWDI untuk banin dan NBDI tullab banat.
Berdasarkan data yang ada, jumlah madrasah pada era Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid hingga akhir hayatnya (1953 M - 1997 M) berjumlah 747 buah madrasah.
Di bawah kepemimpinan Sitti Raihanun, pertumbuhan organisasi cukup pesat.
Sitti Raihanun mampu menyebarkan NW ke-18 provinsi di seluruh Indonesia, lengkap dengan pengurus wilayah masing-masing.
Begitu juga dengan pertumbuhan jumlah madrasah, baik Madrasah NW, Madrasah NWDI dan Madrasah NBDI, yang hingga kini mencapai 925 unit madrasah.
Setiap kali Sitti Raihanun melakukan kunjungan ke berbagai daerah, dia mendirikan minimal satu madrasah NW.
Bagi TGKH Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani, ada dua hal keteladanan yang dapat dipelajari dari kepemimpinan Sitti Raihanun.
Pertama, setiap langkah dan kebijakan organisasi dititikberatkan pada ke-mengertian-nya arah perjuangan organisasi sesuai dengan yang dikhittahkan Maulana Syaeh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Kedua, dalam menentukan setiap keputusan, Sitti Raihanun tidak puas tanpa hasil istikharah.
(*)