Yogi mengakui, para petani kopi di Sembalun masih membutuhkan bantuan untuk menjaga konsistensi produksi dan kualitas.
Mereka mengharapkan bantuan pemerintah untuk peremajaan kebun.
Juga masih diperlukan pelatihan dan pendampingan bagi para petani.
Pendampingan dalam jangka panjang sangat penting untuk mengubahan pola pikir dan kebiasaan petani.
Baik pendampingan dalam pengolahan pascapanen, mempermudah akses pasar kopi, termasuk membantu petani kopi untuk menciptakan pasar baru.
Tak Masuk Peta Kopi Nasional?
Sekretaris Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) NTB Huzaeni Areka mengakui, kopi NTB masih kurang dikenal di dalam negeri maupun luar negeri.
Areka memiliki pengalaman kurang menyenangkan saat mengikuti pameran Kopi Culture di Jakarta beberapa waktu lalu.
Banyak orang luar NTB kaget dan baru tahu ada kopi Lombok, Sumbawa maupun Bima.
“Loh? Ada kopi asal NTB ternyata, saya baru tahu,” ucap Areka mengikuti ucapan pegiat kopi di Kopi Culture Jakarta.
Hingga Areka bingung, sekelas pegiat kopi saja tidak mengetahui kopi asal NTB.
“Pegiat kopi saja tidak tahu, apa lagi orang awam,” tuturnya.
Salah satu penyebab kopi NTB tidak dikenal, kata Areka, karena kopi NTB tidak masuk database kopi.
“Sekarang sudah jamannya medsos, kopi NTB tidak tercantum dalam database,” bebernya.
Saat dia mencari di google, hanya muncul tiga kopi ternama dan kopi NTB tidak termasuk.