Laporan Wartawan TribunLombok.com, Laelatunni'am
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM- Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB saat ini gencar mengembangkan pengelolaan sampah yang bernilai ekonomi bagi masyarakat.
Seperti pengelolaan sampah organik dengan membudidayakan magot.
Permintaan magot di pasaran sangat tinggi sebagai pakan ternak, pelet ikan, sabun dari minyak magot dan sebagainya.
Sehingga DLHK fokus pada pengelolaan sampah dan pembudidaya magot di setiap desa karena langsung berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.
Dian Sosianti Handayani Humas Dinas LHK NTB sekaligus Koordinator Satgas Zero Waste menyebut pengembangan zero waste di masyarakat NTB tidak mudah.
"Kalau kita bicara zero waste itu memang susah, soalnya itu karakter, akan tetapi kalau di NTB itu konsepnya bagaimana zero waste itu bernilai ekonomi," tuturnya Kamis, (30/6/2022).
Baca juga: Cara Daftar Ulang PPDB Kota Mataram 2022 Jenjang SMP bagi Peserta Lulus Seleksi
Akan tetapi Dian menyebut program zero waste bukan berarti tidak bisa dikembangkan.
Dinas LHK gencar menjalankan program zero waste dengan memberdayakan hero lokal di setiap desa.
Hero lokal ini adalah sebutan untuk relawan yang sudah bergelut sejak lama pada pengelolaan sampah desa.
Semisal, relawan bernama Faizul Bayani asal Kekeri Lombok Barat yang melakukan pengelolaan sampah desa dengan cara unik.
"Pak Faizul ini benar-benar harus menjadi percontohan desa yang lain, ia mengambil sampah hampir satu dusun, dalam kondisi yanb terpilah,"
Baca juga: Maruf Amin Ajak Elemen Bangsa Rawat Kemajemukan di Indonesia saat Hadiri Rakornas KMHDI di Mataram
Caranya, masyarakat dikasih ember satu persatu untuk memilah sampahnya sendiri dari rumah.
Kemudian apabila ada masyarakat tidak memilah sampahnya, Pak Faizul tidak akan mengangkut sampah mereka.
"Jadi gak ada pilihan lain, masyarakat harus memilah sendiri," cerita berlanjut.
Cara ini disebut menarik dan terbukti berhasil membuat masyarakat memilah sampahnya sendiri dari rumah.
Disebut oleh Dian bahwa sampah yang dihasilkan setiap desa itu berton-ton akan tetapi yang dapat diolah hanya sebagian kecil, paling banyak 100 kilo dari 1 ton sampah.
Baca juga: Lanal Mataram Latihan Penanggulangan Bencana di Lombok Utara untuk Dukung Ketahanan Wilayah Pesisir
Penyebabnya adalah sampah yang tidak terpilah.
Sehingga saat ini DLHK juga gencar menggaungkan kepada pihak-pihak terkait untuk meneruskan kepada masyarakat pentingnya memilah sampah dari rumah.
"Kuncinya di sana, masyarakat secara mandiri memilah sampah, masalah sampah selesai," tutupnya.
(*)