”Sekarang, kami malah sibuk menolak pesanan selama ajang MotoGP. Bukan menerima pesanan. Ha-ha-ha,” kata Hidayat yang berpromosi di layanan iklan Google.
Hidayat mengatakan, di luar penyewa selama gelaran MotoGP, 18-20 Maret 2022, pesanan baru juga masih mereka dapatkan. Terakhir, pada Selasa ini, salah satu pebalap Asia Talent Cup (ACT), Gun Mie, asal Jepang.
”Dia menyewa dua hari. Sepeda motornya langsung dibawa. Senang sekali,” kata Hidayat.
Menurut Hidayat, meski permintaan tinggi, dia tidak menaikkan tarif sewa sepeda motor. Mereka tetap mematok tarif per hari Rp 70.000 untuk sepeda motor matik ukuran kecil dan Rp 80.000 untuk yang ukuran besar.
”Ini cara kami menjaga pelanggan. Kalau dinaikkan seperti yang lain, kami takut nanti mereka tidak menyewa lagi,” kata Hidayat.
Selain tidak menaikkan harga, kata Hidayat, mereka juga menjaga kualitas layanan dengan respons yang cepat hingga kualitas kendaraan.
Hidayat mengaku bisa tersenyum setelah merasakan dampak pandemi terhadap usahanya. Selama pandemi, biasanya dalam satu bulan hanya enam orderan. Kadang kosong dalam satu bulan. Bahkan, mereka sempat menjual lima sepeda motor.
Menurut Hidayat, ajang MotoGP memberikan dampak baik setelah pandemi. Juga ajang lain seperti World Superbike (WSBK) pada November 2021. Saat WSBK lalu, tingkat ketersewaan sepeda motor paling banyak 50-60 persen.
Oleh karena itu, ia berharap dampak serupa bisa terus dirasakan. Tidak hanya berhenti saat ada gelaran.
”Tentu hal itu harus didukung dengan regulasi yang diperlonggar untuk wisatawan. Misalnya, seperti sekarang, syarat keberangkatan dan syarat karantina yang mulai ditiadakan. Namun, jangan berubah-ubah,” kata Hidayat.
Bukan hanya pengelola transportasi, usaha kecil menengah lainnya juga turut bergairah dengan adanya gelaran MotoGP. Nutsafir Cookies Lombok, usaha kue kering dengan bahan dasar biji-bijian, misalnya, harus meningkatkan produksi karena tingginya pesanan untuk ajang MotoGP.
Menurut pemilik Nutsafir Cookies Lombok, Sayuk Wibawati, untuk persiapan MotoGP, produksi naik dua kali lipat, yakni dari biasanya 50 kilogram menjadi 100 kilogram per hari. Ia juga harus menambah karyawan.
”Dampak MotoGP ini terasa sekali. Kemarin saat WSBK, omzet kami sebulan Rp 299 juta. Harapan kami, saat MotoGP naik dua kali lipat,” kata Sayuk.
Sayuk berharap ke depan MotoGP semakin berdampak maksimal untuk pelaku UMKM.
”Pemerintah daerah juga diharapkan lebih maksimal dalam membenahi akomodasi dan transportasi sehingga para penonton tidak perlu menginap di luar Lombok. Ketika penonton banyak di Lombok, tentu peluang toko oleh-oleh untuk menaikkan omzet jadi lebih tinggi,” kata Sayuk.
Seperti Sayuk, warga lainnya, Remul (44), pengelola Edo Cafe di Gerupuk, sisi timur Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, juga turut terimbas dampak positif MotoGP.