Kisah Nenek 73 Tahun Penjual Serabi Asal Lombok Timur, Tetap Semangat Berjualan Meski Disepuh Usia

Penulis: Ahmad Wawan Sugandika
Editor: Lalu Helmi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nenek Risky (73) saat tengah memanaskan tungku mempersiapkan dagangan serabinya.

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM,LOMBOK TIMUR - Mustakiah (73) alias Nenek Risky asal Lombok Timur tetap semangat mencari rezeki.

Meski usianya sudah hampir tiga per empat abad, ia masih melakoni profesinya, menjual serabi.

Setiap hari, ia senantiasa menjajakan dagangannya. 

Baca juga: Dispar Lombok Timur Sambut MotoGP Mandalika 2022, Siapkan Event Atraksi Budaya Hingga Pameran UMKM

Baca juga: 27 Kapal di Pelabuhan Kayangan Lombok Timur Siap Layani Penonton MotoGP Mandalika 2022

Dengan langkah goyah dan nafas terengah-engah, setiap hari ia membopong peralatan jualannya dari rumahnya yang berjara hampir 2 kilometer ke tempat berjualan.

Nenek Risky berjualan serabi di Desa Kelayu Utara kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur.

300 meter ke arah barat dari SDN 2 Kelayu Utara.

Dalam curhatannya kepada TribunLombok.com hari ini Sabtu (12/3/2022) menyampaikan apa yang ia lakukan semata mata tak ingin menjadi beban anaknya.

"Anak saya tinggal satu mas, dan saya tinggal sama dia setelah suami saya meninggal di 2019 silam," ungkapnya.

"Keinginan saya itu cuman satu mas, saya nggak mau jadi beban anak saya, makannya saya jualan serabi seperti ini,"sambungnya dengan tatapannya yang sayu.

Nenek Risky ditinggal mati suaminya di tahun 2019 silam.

Ia memiliki 2 orang anak.

Satu di antaranya telah meninggal.

Menyusul suaminya.

Tinggallah ia bersama dengan satu anaknya bernama Jendra Megantara (34).

Megantara kesehariannya bekerja menjadi petugas kebersihan di Selong.

Berawal ditinggal suami yang sangat dicintainya, Nenek Risky memutuskan mencari rezeki.

Hal itu juga sekaligus mengisi waktu senggangnya di usia tuanya.

Anak nenek Risky kini hidup berkeluarga dengan  1 orang anak.

Melihat anaknya yang hidupnya pas pasan, membuat Nenek Risky juga memilih menghidupi dirinya sendiri. 

Sejujurnya, kata Nenk Rizky uang dari hasil jualan serabinya sebenarnya juga tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.

Harga perporsi serabi itu ia jual Rp 10 rb yang diisikan 6 buah serabi dibungkus daun pisang.

Namun, Nenek Risky tetap mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan keadanya.

"Walaupun sudah tua, saya nggak mau bebani anak saya, saya tahu kemampuan saya sampai mana dan saya juga tau kapan saya harus berhenti berjualan," ucapnya.

Kegigihan dan semangat menjemput rezeki terpancar jelas di raut wajahnya yang sudah tidak halus lagi.

(*)

Berita Terkini