Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina
TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA BIMA - Tersisa satu bulan lagi, umat muslim akan menjalani ibadah puasa.
Jika mengikuti perhitungan Muhammadiyah, maka bulan suci Ramadan akan memasuki awal April 2020.
Namun semakin mendekati Ramadan, keberadaan minyak goreng di Kota Bima justeru semakin langka.
Pantauan TribunLombok.com, Jumat (18/2/2022) di pasar tradisional Ama Hami Kota Bima, yang terlihat banyak hanya minyak goreng curah.
Untuk botol paling kecil, dibandrol dengan harga Rp6.000.
Untuk minyak goreng yang dimasukkan ke botol minuman besar, dibandrol dengan harga Rp30 ribu.
Baca juga: Pemprov NTB Kembali Usulkan Sultan Salahudin Bima Jadi Pahlawan Nasional
Ika seorang penjual sembako, kepada TribunLombok.com mengaku untuk minyak goreng kemasan, khususnya merek Bimoli sudah tidak ada.
"Sudah seminggu tidak ada kalau Bimoli," akunya.
Menurut Ika, minyak goreng untuk NTB belum dipasok.
Informasi itu, Ika peroleh dari toko tempat ia biasa mengorder minyak goreng.
"Ya kami jual yang curah saja. Ada kemasan, tapi tidak terkenal, kami juga baru tahu ada merek yang ini," ujarnya sembari menunjukan botol minyak goreng kemasan ukuran mini.
Baca juga: Bukan Ditimbun, Penyebab Minyak Goreng Langka di NTB karena Keterbatasan Distribusi dari Produsen
Kelangkaan minyak goreng, juga diungkap Diskoperindag Kota Bima.
Rusnah yang merupakan Kabid Perindustrian dan Perdagangan mengungkap, hasil pantauan terakhir kelangkaan minyak goreng kemasan terjadi di seluruh retail dan pasar tradisional di Kota Bima.
Pihaknya saat ini, terus melaporkan kondisi ini ke provinsi untuk ditindaklanjuti ke tingkat pusat.
"Tidak hanya di retail, pasar tradisional juga langka sekarang, untuk semua merek minyak goreng kemasan," ungkapnya.
Rofiatun ibu rumah tangga di Kelurahan Melayu, mengeluhkan kelangkaan minyak goreng ini.
Menurutnya, kebijakan pemerintah yang menurunkan harga minyak goreng justeru berdampak parah.
Baca juga: Bantah Bohongi Diskoperindag, Distributor Minyak Goreng di Bima Sebut Tidak Ada Suplai Dari Pabrik
"Kalau yang kemasan kosong begini, terpaksa beli yang curah. Itu pun harganya mahal. Kesehatan kami juga terancam, karena kita tahu sendiri bagaimana kualitas minyak goreng curah," ketusnya.
Ia berharap, sebelum bulan Ramadhan , harga dan keberadaan minyak goreng normal kembali.
"Tentu kami berharap murah dong harganya. Tapi ya jangan langka juga," pungkasnya.
(*)