Melihat itu, jamaah masjid pun meminta Ali Saleh Mohammed Ali Jaber menjadi imam.
Bacaan ayat Al-Quran-nya sangat fasih dan membuat para jamaah terkesan.
Penghayatan Syekh Ali Jaber yang mendalam membuat warga terharu dan semakin khusyuk saat salat.
”Selesai salat magrib, saat dia hendak pulang ke rumah keluarga, saya hadang beliau. Saya bilang, ustad saya ingin belajar Al Quran sama antum,” tutur Syarif, waktu pertama kali bertemu Syekh Ali Jaber.
Mendengar permintaan Syarif, Syekh Ali Jaber pun sangat senang dan membalas dengan ramah meski baru pertama kali bertemu.
”Oh, mari, silahkan, rumah saya (Ali Jaber) di Monjok, tahu Monjok? katanya dengan bahasa Indonesia terbata-bata,” tutur Syarif.
Sejak saat itu, Syarif dan Syekh Ali Jaber pun teman sekaligus guru dan murid.
Dia pun datang belajar tahsin Al Quran di rumah Syekh Ali Jaber di Kelurahan Monjok.
Sejak saat itu, Syekh Ali Jaber pun kerap datang salat magrib di masjid Al Muttaqin dan menjadi imam.
Para jamaah pun menerimanya dengan baik.
Selain bacaan Al Qurannya bagus, penghayatan terhadap ayat yang ucapkan sangat mendalam sehingga jamaah merasa khusyuk.
”Beliau setiap salat sering kali menangis, jadi jamaah mulai timbul ketertarikan kepada beliau,” ujarnya.
Saat itu, kurun waktu 2001-2002, Syekh Ali Jaber masih sering bolak bali Lombok-Madinah karena belum menjadi warga negara Indonesia.
Tapi setiap datang ke Lombok dia selalu datang ke masjid Al Muttaqin, Cakranegara.
Selain menjadi imam saalat, ia juga mengajarkan Al Quran, memperbaiki bacaan dan tajwid para jamaah di sana.