Mandalika Racing Series

Perubahan Regulasi Mandalika Racing Series 2025: Bobot, RPM, dan Spesifikasi Teknis

Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pusat memperbarui aturan balapan Mandalika Racing Series (MRS) 2025

Penulis: Sinto | Editor: Wahyu Widiyantoro
TRIBUNLOMBOK.COM/SINTO
ATURAN BARU - Seorang mekanik memandangi motor peserta Mandalika Racing Series di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah. Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pusat memperbarui aturan balapan Mandalika Racing Series (MRS) 2025. 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pusat memperbarui aturan balapan Mandalika Racing Series (MRS) 2025.

Tujuannya demi menjaga keselamatan, keadilan, dan meningkatkan kualitas kompetisi balap motor paling bergengsi di Indonesia ini.

Pembaruan aturan IMI Pusat tercantum dalam Adendum No. 2/TEKNIK MRS/ADM-AMD/VIII/2025 pada 4 Agustus 2025.

Adendum adalah dokumen tertulis yang berisi perubahan atau penambahan dari Peraturan Teknik Mandalika Racing Series yang telah ditetapkan sebelumnya.

Adendum ini memuat sejumlah penyesuaian teknis yang berlaku pada beberapa kelas utama, meliputi pengaturan berat minimum, batas putaran mesin (RPM), serta ukuran komponen intake (lubang asupan udara untuk sebuah mesin) dan exhaust (knalpot). 

Baca juga: Menpora Tinjau Sirkuit Mandalika Jelang MotoGP 2025, Tinjau Renovasi Royal Box Hingga Jajal Lintasan

Tujuannya adalah menyeimbangkan performa antarmerek, memastikan persaingan tetap fair, dan mencegah dominasi berlebihan akibat keunggulan teknis tertentu.

Berikut ini rincian perubahan aturan MRS 2025.

Aturan Baru MRS 2025

Kelas Underbone 150cc U-25

Pada kelas Underbone 150cc U-25, bobot minimum motor yang telah terisi bahan bakar beserta pembalapnya kini ditetapkan sebesar 168 kilogram untuk semua merek. 

Penyeragaman bobot ini menghapus perbedaan beban antara pabrikan, sehingga keterampilan pembalap dan kemampuan tim dalam melakukan penyetelan motor menjadi faktor penentu utama kemenangan.

Kelas Kejurnas Sport 155cc

Untuk kelas Kejurnas Sport 155cc, IMI menetapkan pengaturan yang berbeda antara pabrikan. Honda memiliki batas putaran mesin maksimum sebesar 14.200 RPM dengan bobot minimum 172 kilogram. Suzuki memperoleh batas RPM yang sama, yaitu 14.200 RPM, juga dengan bobot minimum 172 kilogram. 

Sementara itu, Yamaha mendapat batas RPM lebih rendah, yakni 13.800 RPM, dengan bobot minimum sedikit lebih berat, yaitu 173 kilogram. Perbedaan ini mencerminkan penyesuaian performa, sehingga kecepatan puncak dan akselerasi masing-masing merek dapat tetap seimbang di lintasan.

Baca juga: MGPA Siap Sambut Momen Marc Marquez Raih Juara Dunia di Sirkuit Mandalika

Kelas Kejurnas Junior Sport 150cc U-15

Kelas Junior Sport 150cc U-15 ditujukan khusus untuk pembalap berusia di bawah 15 tahun dan dilengkapi dengan pengaturan teknis yang ketat.

Untuk Honda, bobot minimum ditetapkan 160 kilogram, dengan diameter intake (lubang asupan udara untuk sebuah mesin) 26,10 mm ±0,5 mm dan diameter exhaust 25,60 mm ±0,3 mm sesuai standar pabrik. Suzuki memiliki bobot minimum yang sama, 160 kilogram, namun dengan diameter intake yang lebih besar, yaitu 32,21 mm ±0,5 mm, dan diameter exhaust 27,60 mm ±0,3 mm. 

Sementara itu, Yamaha dibebankan bobot minimum lebih tinggi, 165 kilogram, dengan ukuran intake berbentuk persegi panjang berukuran lebar 33,30 mm ±0,5 mm dan tinggi 24,05 mm ±0,5 mm, serta diameter exhaust sebesar 23,65 mm ±0,3 mm. 

Pengaturan detail ini dirancang untuk menjaga kesetaraan daya mesin, mengingat adanya perbedaan karakteristik antar pabrikan.

Kelas Kejurnas Sport 250cc

Pada kelas Sport 250cc, batas RPM dan bobot minimum dibedakan berdasarkan konfigurasi mesin dan merek. Honda memiliki batas RPM maksimum 14.500 RPM dengan bobot minimum 202 kilogram. 

Kawasaki yang menggunakan mesin empat silinder mendapat batas RPM lebih tinggi, 16.000 RPM, namun diimbangi dengan bobot minimum yang jauh lebih berat, yaitu 225 kilogram. 

Sedangkan Yamaha dibatasi pada RPM maksimum 12.200 RPM dengan bobot minimum 208 kilogram. Penyesuaian ini memperhitungkan potensi tenaga yang dihasilkan oleh konfigurasi mesin, sehingga performa di lintasan tetap kompetitif tanpa ada satu pabrikan yang terlalu dominan.

Makna Strategis Perubahan Regulasi

Perubahan yang tertuang dalam adendum ini bukan sekadar pembaruan administratif, melainkan memiliki pengaruh langsung terhadap strategi setiap tim. 

Dalam hal setup motor, penyesuaian bobot dan batas RPM memaksa mekanik untuk menyetel suspensi, final gear, dan manajemen bahan bakar secara presisi. 

Dari sisi manajemen pembalap, khususnya di kelas junior, pembatasan dimensi intake dan exhaust membuat keterampilan mengendarai menjadi faktor yang lebih menentukan daripada sekadar keunggulan mesin. 

Sementara itu, dalam persaingan antar merek, pabrikan tidak lagi dapat mengandalkan spesifikasi mesin bawaan, melainkan harus mengoptimalkan setting agar sesuai dengan batas regulasi.

Dengan diberlakukannya Adendum No. 2, Mandalika Racing Series 2025 menegaskan kembali komitmennya pada kesetaraan kompetitif, keselamatan, dan sportivitas. 

Regulasi ini diharapkan dapat menciptakan balapan yang semakin seru, menegangkan, dan tidak terprediksi, di mana kemampuan pembalap, kecerdikan strategi tim, dan penguasaan teknis menjadi penentu utama di garis finish. 

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved