Kualitas Pertamax Dipertanyakan Gegara Korupsi Pertamina, Bahlil Bentuk Tim Cek Spesifikasi BBM

Bahlil Lahadalia bakal membentuk tim khusus untuk memastikan masyarakat mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) sesuai spesifikasi dan harga.

Editor: Irsan Yamananda
Tribunnews/ Taufik Ismail
BAHLIL BENTUK TIM - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (13/12/2024). Bahlil Lahadalia bakal membentuk tim khusus untuk memastikan masyarakat mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) sesuai spesifikasi dan harga. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Masyarakat merasakan keresahan terkait kualitas BBM dalam beberapa waktu terakhir.

Hal ini terjadi seiring dengan adanya dugaan kasus korupsi yang menyebabkan empat petinggi subholding PT Pertamina (Persero) ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung (Kejagung).

Dalam kasus ini, Pertamina melakukan pembelian minyak dengan kadar RON 90 setara Pertalite, namun pembayarannya untuk RON 92 atay setara Pertamax.

Kemudian, minyak impor RON 90 itu dilakukan blending di storage/depo untuk menjadi Pertamax.

Merespons hal ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia bakal membentuk tim untuk memberikan kepastian spesifikasi bahan bakar minyak (BBM) sesuai dengan ketentuan.

Adapun spesifikasi BBM mengacu pada ketentuan Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) yang berada di bawah Kementerian ESDM.

"Kami akan menyusun tim dengan baik untuk memberikan kepastian agar masyarakat membeli minyak berdasarkan spesifikasi dan harganya," ujar Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (26/2/2025).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia saat memberikan sambutan di acara peresmian smelter pabrik pemurnian tembaga dan logam PT Amman Mineral International Tbk (AMMAN) yang berada di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NYB), Senin (23/9/2024).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia saat memberikan sambutan di acara peresmian smelter pabrik pemurnian tembaga dan logam PT Amman Mineral International Tbk (AMMAN) yang berada di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NYB), Senin (23/9/2024). (Dok. Istimewa)

Terkait pembelian minyak RON 90 dan RON 92 itu, Bahlil mengatakan, pihaknya memang tengah melakukan penataan terhadap izin-izin impor BBM.

Penataan ini dibarengi dengan evaluasi berkala terhadap pelaksanaan impor BBM.

"Makanya sekarang di izin-izin impor kita terhadap BBM, tidak satu tahun sekaligus, kita bikin per enam bulan, supaya ada evaluasi per tiga bulan," kata dia.

Kemudian, seluruh produksi minyak akan diprioritaskan diolah di kilang dalam negeri, bukan lagi diekspor.

Pemerintah akan mengalihkan seluruh minyak mentah bagian negara yang sebelumnya direncanakan untuk diekspor agar diproses di kilang dalam negeri.

Selain itu, minyak mentah bagian kontraktor yang tidak sesuai spesifikasi juga diminta untuk diolah dan dicampur sehingga memenuhi standar yang diperlukan untuk konsumsi kilang domestik.

"Dari seluruh produksi minyak yang tadinya itu diekspor, di zaman kami sekarang, udah enggak kita izinkan ekspor. Nanti yang bagus, kita suruh blending. Nanti yang tadinya itu nggak bisa diolah di dalam negeri, sekarang kita minta harus diolah di dalam negeri," papar Bahlil.

Bantahan Pihak Pertamina Soal Isu Pertamax Oplosan

Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso juga membantah tudingan adanya BBM jenis Pertamax yang dioplos dengan Pertalite. Ia memastikan bahwa Pertamax yang beredar di masyarakat sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

Spesifikasi itu mengacu ketentuan Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) yang berada di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Jadi kalau untuk kualitas BBM, kami pastikan bahwa yang dijual ke masyarakat itu adalah sesuai dengan spek yang sudah ditentukan oleh Lemigas," kata Fadjar di Gedung DPD RI, Jakarta, Selasa (25/2/2025).

Menurutnya, yang dipermasalahkan oleh Kejagung adalah pembelian BBM dengan kadar RON 90 dan RON 92, bukan terkait adanya oplosan Pertalite menjadi Pertamax. Ia menilai, adanya kesalahan informasi yang beredar terkait hal itu.

"Jadi di Kejaksaan, mungkin kalau boleh saya ulang, kan lebih mempermasalahkan tentang pembelian RON 90, RON 92, bukan adanya oplosan, sehingga mungkin narasi yang keluar yang tersebar ada misinformasi di situ," ucap dia.

PENAHANAN - Sejumlah tersangka kasus korupsi tata kelola minyak mentah produk kilang PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) 2018-2023 digiring jaksa usai pemeriksaan di Jakarta, Senin (24/2/2025).
PENAHANAN - Sejumlah tersangka kasus korupsi tata kelola minyak mentah produk kilang PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) 2018-2023 digiring jaksa usai pemeriksaan di Jakarta, Senin (24/2/2025). (HO/Puspenkum Kejagung RI)

Subholding Commercial & Trading Pertamina, PT Pertamina Patra Niaga membantah adanya pengoplosan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite jadi Pertamax.

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Heppy Wulansari menegaskan, kualitas Pertamax yang dijual Pertamina dipastikan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan pemerintah yakni Research Octane Number 92 atau RON 92.

“Produk yang masuk ke terminal BBM Pertamina merupakan produk jadi yang sesuai dengan RON masing-masing, Pertalite memiliki RON 90 dan Pertamax memiliki RON 92," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (26/2/2025).

"Spesifikasi yang disalurkan ke masyarakat dari awal penerimaan produk di terminal Pertamina telah sesuai dengan ketentuan pemerintah,” imbuh Heppy.

Baca juga: Prediksi Skor Juventus vs Empoli Coppa Italia 2025 Kamis 27 Februari 2025 Jam 03.00 WIB, Link Live

Ia menuturkan, treatment yang dilakukan di terminal utama BBM adalah proses injeksi warna (dyes) sebagai pembeda produk agar mudah dikenali masyarakat. Selain itu juga ada injeksi additive yang berfungsi untuk meningkatkan performance produk Pertamax.

"Jadi bukan pengoplosan atau mengubah RON. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan kualitas Pertamax," tegas Heppy.

Menurutnya, Pertamina Patra Niaga melakukan prosedur dan pengawasan yang ketat dalam melaksanakan kegiatan Quality Control (QC). Distribusi BBM Pertamina juga diawasi oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).

"Kami menaati prosedur untuk memastikan kualitas dan dalam distribusinya juga diawasi oleh BPH Migas,” ucap dia.

Ia menyatamakan, Pertamina berkomitmen menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG) untuk penyediaan produk yang dibutuhkan konsumen.

Pelaksana Tugas Harian (PTH) Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menegaskan pihaknya tidak melakukan praktik upgrade blending atau pencampuran Pertalite dengan Pertamax.

Hal ini disampaikan Ega dalam rapat kerja dengan Komisi XII DPR RI di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (26/2/2025).

Ega memastikan bahwa produk yang diterima dan dijual di SPBU telah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.

Tersangka kasus korupsi rekayasa ekspor-impor minyak mentah dan produk kilang pada anak usaha PT Pertamina, Subholding, dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) 2018-2023 digiring jaksa usai menjalani pemeriksan di Kejagung, Jakarta, Senin (24/2/2025).
Tersangka kasus korupsi rekayasa ekspor-impor minyak mentah dan produk kilang pada anak usaha PT Pertamina, Subholding, dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) 2018-2023 digiring jaksa usai menjalani pemeriksan di Kejagung, Jakarta, Senin (24/2/2025). (HO/Puspenkum Kejagung RI)

"Baik yang dari luar negeri maupun dari dalam negeri itu kami sudah menerima RON 92. Yang membedakan adalah meskipun sudah berada di RON 90 dan 92 itu sifatnya masih base fuel artinya belum ada adiktif yang kita terima di Pertamina Patra Niaga ya," kata Ega dalam rapat.

Ega menjelaskan, Pertamina Patra Niaga mengelola bahan bakar mulai dari terminal hingga ke SPBU. 

Sementara itu, proses pengangkutan bahan bakar dari kilang ke terminal dilakukan oleh kapal milik Pertamina.

"Tidak ada proses perubahan RON, tetapi yang ada itu Pertamax kita tambahkan adiktif. Jadi di situ ada proses penambahan adiktif dan proses penambahan warna. Proses inilah yang memberikan keunggulan perbedaan dalam produk," ujar Ega.

Ega menjelaskan bahwa proses penambahan aditif ini dikenal sebagai injection blending.

"Blending ini adalah proses yang common dalam produksi minyak yang merupakan bahan cair, namanya ini bahan cair.

Jadi pasti akan ada proses blending ketika kita menambahkan blending ini tujuannya adalah untuk meningkatkan value daripada produk tersebut," ucapnya.

Baca juga: Prediksi Skor Nottingham Forest vs Arsenal Premier League Kamis 27 Februari 2025 Jam 02.30 WIB

 

Dia menambahkan bahwa setiap bahan bakar yang diterima, baik dari dalam maupun luar negeri, selalu melalui pengujian laboratorium sebelum dan sesudah bongkar muat.

"Setelah kita terima di terminal itu pun di terminal juga melakukan rutin pengujian kualitas produk di tempat-tempat Pertamina itu pun kita terus jaga sampai dengan ke SPBU," tegasnya.

Sumber: Kompas dan Tribunnews

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved