Berita Lombok Timur

Forkopimda Lombok Timur dan Majelis Adat Sasak Jalin Kesepamahaman Tentang Aturan Nyongkolan

Majelis Adat Sasak Paer Timuq menjadi titik balik Pemerintah Daerah (Pemda) Lombok Timur dalam menjalin kesepemahaman dengan para pemangku adat

Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Idham Khalid
Ahmad Wawan Sugandika/TribunLombok.com
Acara HUT Majelis Ada Sasak Paer Timuk yang dirangkai dengan penandatanganan piagam gendang belek, bertempat di Balroom Kantor Bupati Lombok Timur, Selasa (17/12/2024). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Momen HUT Majelis Adat Sasak Paer Timuq menjadi titik balik Pemerintah Daerah (Pemda) Lombok Timur dalam menjalin kesepemahaman dengan para pemangku adat tentang adanya nyongkolan yang diatur dalam Piagam Gendang Beleq.

Hal ini mengingat, tradisi nyongkolan di masyarakat seringkali mengganggu arus lalu lintas di daerah. Atas hal demikian, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Lotim telah menandatangani piagam gendang beleq yang juga mengatur di dalamnya tentang  nyongkolan.

Penandatanganan piagam juga dilakukan langsung oleh Pj Bupati Lotim, Kapolres Lotim, Komandan Kodim 16/15 Lotim, hingga Kejari Lotim, berlangsung di Balroom Kantor Bupati Loti, Selasa (17/12/2024).

Pada kesempatan itu, Pj Bupati Lotim, HM. Juaini Taofik mengapresiasi penandatanganan piagam itu dan menganggapnya menjadi langkah bersama dalam menjaga kambtibmas dan cara memajukan sektor wisata.

“Pasti ada kebanggan memang kalau kita melihat nyongkolan itu ramai, tetapi bagi yang lain yang mengejar waktu ada saja yang menyatakan seneng nonton tapi kita terlambat sampai ke tujuan Karen adanya nyongkolan di jalan raya,” ucap Bupati pada sambutannya dihadapkan sejumlah pemangku adat daerah yang hadir.

Namun lanjut dia, dengan adanya kordinasi yang baik saat ini antara Pemda, Kepolisian, hingga TNI dengan para pemangku adat daerah tentang aturan nyongkolan dan penggunaan gendang belek kedepan bisa menciptakan ketertiban

Ia juga menyampaikan, nyongkolan dan gendang belek juga salah satu instrumen yang mampu memajukan sektor wisata, namun iia juga menganggap pola penyajian yang saat ini digunkan dirasa belum optimal.

“Contoh mengapa pariwisata di Bali lebih bagis dari NTB padahal dari segi pantai jauh lebih bagus kita, dari masyarakat dan kuluner juga tidak kalah, ternyata yang membedakannya itu di Bali lebih atraktib dan tertib pagelaran budaya ketimbang di Lombok,” katanya.

Baca juga: Mengenal Nyongkolan, Rangkaian Tradisi Perkawinan Khas Suku Sasak Lombok

Hingga lanjut dia, setidaknya ada 3 poin penting yang harus diperhatikan bersama, diantaranya pertama mengenai aksesibilitas, apakah jalan menuju pariwisata sudah baik atau belum.

“Dan alhamdulillah kita di pantai pink dan surga jalannya sekarang hotmik sudah ada dan hingga masalah infrastruktur (Jalan) juga bukan menjadi masalah,” kata dia.

Kedua lanjut dia, mengenai amenitas, bagaimana hotel dan fasilitas pariwisata lainnya juga harus memada, “dimana ini juga kita sudah bagus,” sebutnya.

Namun diakuinya, pada aspek ketiga yakni atraksi yang bersifat kontinuitas masih menjadi kendala utama pengembangan wisata saat ini.

Oleh itu, kita berharap langkah dalam memberikan perhatian terhadap terselenggaranya nyongkolan bisa menjadi salah satu upaya menjaga atraksi budaya hingga bisa berkelanjutan kedepannya.

“Hingga kedepan tantangan yang kita hadapi ini bisa kita atasi, dan membawa daerah sesua tagline Gubernur terpilih yakni NTB Maju Mendunia,” pungkasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved