Perang Topat

Perang Topat di Lingsar Lombok Barat Tetap Meriah Meski Diguyur Hujan Deras

Perang Topat ini merupakan tradisi yang diselenggarakan sekali setahun sebagai simbol toleransi beragama

Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Idham Khalid
TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBY FIRMANSYAH
Suasana Perang Topat di Pura Lingsar Lombok Barat, Minggu (15/12/2024).  

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT - Ribuan warga berbondong-bondong memadati area Pura Lingsar untuk menyaksikan tradisi Perang Topat (Ketupat), Minggu (15/12/2024).

Meskipun dalam kondisi hujan namun tidak menyurutkan semangat mereka.

Perang Topat ini merupakan tradisi yang diselenggarakan sekali setahun sebagai simbol toleransi beragama.

Perang tanpa pertumpahan darah itulah kata yang tepat untuk menggambarkan tradisi ini, Perang Topat dilaksanakan pada bulan ketujuh kalender Sasak dimana pada tahun ini diselenggarakan pada Minggu (15/12/2024).

Tradisi ini sudah berlangsung turun temurun sebagai simbol toleransi antara umat Hindu dan Islam, konon tradisi ini muncul sebagai ungkapan rasa syukur dengan hasil panen yang melimpah.

Di dalam Kemaliq Lingsar berdiri sebuah mushalla dan pura yang berdampingan, ini sebagai bukti bahwa masyarakat Lingsar sejak dulu hidup damai meskipun berbeda agama.

Berbagai rangkaian dilakukan sebelum Perang Topat mulai dari Pujawali, kemudian rangkaian adat lainnya. Perang Topat dipimpin langsung oleh pengerakse daerah dalam hal ini Gubernur NTB dan Bupati Kabupaten Lombok Barat dan beberapa pejabat lainnya.

Usai melakukan berbagai rangkaian adat antara umat Hindu dan Muslim akan saling melempar ketupat, inilah yang kemudian disebut sebagai Perang Topat.

Baca juga: Perang Topat 2024 akan Berlangsung di Taman Lingsar, Ini Rangkaian Acaranya! 

Meskipun pada tahun ini hujan deras menyelimuti kegiatan tersebut, namun tidak menyurutkan semangat masyarakat untuk menyaksikan tradisi yang sudah masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN).

"Kegiatan ini diawali dengan Kemaliq di Pura Lingsar kemudian diikuti dengan masyarakat Hindu dan Islam saling lempar ketupat, sebagai perwujudan toleransi dan pluralisme," kata Pj Bupati Lombok Barat M Ilham.

Perang Topat ini juga sudah masuk kedalam warisan tak benda yang diakui sebagai tradisi asal Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.

Pj Gubernur NTB Hassanudin mengatakan tradisi ini harus terus dilaksanakan setiap tahunnya, menurutnya ini merupakan event yang positif sebagai implementasi keberagaman di NTB.

"Tidak boleh sekalipun tidak dilaksanakan, ini harus tetap dilakukan," kata Hassanudin dalam sambutannya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved