MotoGP Mandalika 2024

4 Rekomendasi Pengamat Pariwisata Soal Polemik Harga Kamar Hotel saat MotoGP Mandalika

Citra pariwisata dan event di NTB dipertaruhkan saat penyelenggaraan MotoGP

Penulis: Sinto | Editor: Wahyu Widiyantoro
TRIBUNLOMBOK.COM/WAHYU WIDIYANTORO
Para pembalap MotoGP menyapa para fans dalam sesi Hero Walk, di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika, Minggu (15/10/2023). Hero Walk disiapkan sebagai tempat para pembalap langsung berintraksi bersama penggemar di ajang MotoGP bertajuk Pertamina Grand Prix of Indonesia 2023. 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Harga kamar hotel melonjak jelang MotoGP Mandalika 2024.

Padahal harga kamar hotel ini merujuk Peraturan Gubernur NTB Nomor 9 Tahun 2022.

Pengamat Pariwisata NTB Sirajuddin menjelaskan, hal yang sangat penting adalah komponen masyarakat menciptakan pengembangan pariwisata dan event yang berkelanjutan dari sisi aspek destinasi, akomodasi, paket wisata dan lain sebagainya. 

Dia meminta semua pihak untuk menjaga citra pariwisata dan event di NTB sehingga perimbangan pariwisata di Mandalika dapat berkelanjutan untuk generasi ke generasi. 

Akademisi Poltekpar Lombok menyebut sekurang ada 4 rekomendasi yang perlu diperhatikan agar polemik harga kamar hotel tidak berdampak pada menurunnya antusias penonton MotoGP.

Baca juga: Update Harga Kamar Hotel di Lombok saat MotoGP Mandalika: Naik 6 Kali Lipat, Wajib Booking 6 Hari

Pengamat Pariwisata NTB Sirajuddin
Pengamat Pariwisata NTB Sirajuddin.

1. Rasionalitas

Sirajuddin mengatakan, wisatawan akan melihat kenaikan harga ini sesuai atau tidak dengan layanan yang didapat. 

Misalnya soal sarana dan prasarana yang memadai.

"Mereka akan kembali setelah mempertimbangkan harga, keamanan, kualitas destinasi dan bagaimana tuan rumah menyambut dengan baik," jelas Sirajuddin saat dikonfirmasi Tribun Lombok di Praya, Kamis (12/9/2024). 

Sirajuddin menyebutkan, pengusaha hotel tidak bekerjasama dengan broker yang merusak harga. 

2. Kolaborasi

APIEM VICE President for Indonesia 2024-2028  ini mengatakan, tidak ada dalam istilah kamus pariwisata itu suddenly cost atau harga yang tiba-tiba muncul yang membuat wisatawan kapok. 

Jika terjadi, maka wisatawan tidak akan mau menginap di Lombok. 

Mereka akan memilih menginap di Bali bahkan Labuan Bajo.

Atau bahkan datang dengan kapal pesiar dengan hanya untuk menonton MotoGP saja. 

"Oleh karena itu saran saya, mari kita berkolaborasi untuk saling memperkuat event yang ada di NTB. 

Misalnya di MotoGP tidak boleh membuat suddenly cost karena sudah ada pergubnya," jelas magister lulusan UGM ini. 

3. Jaminan Keamanan

Direktur Perencanaan Dan Pengembangan Parekraf Jember Fashion Carnaval (JFC) ini menjelaskan, jaminan keamanan harus dirasakan wisatawan sejak berangkat, di Bandara, destinasi, hotel, hingga tujuan.

Hal tersebut merupakan sebuah syarat perjalanan internasional dan pasti akan dipikirkan matang-matang oleh wisatawan. 

4. Keterbukaaan

Menurut Sirajuddin, ITDC dan MGPA selama ini sudah sangat bagus kepada semua pihak baik itu industri pariwisata, perguruan tinggi, dan komunitas. 

Pihaknya sangat menyayangkan, isu mahalnya harga kamar hotel yang membuat wisatawan berpikir semua akomodasi di Mandalika mahal. 

"Padahal saya dengar isu bahwa homestay di Mandalika itu masih sepi. Nah ini juga kasihan dong karena dipukul rata sama customer padahal belum tentu. 

"Oleh karena itu, maka asosiasi bersama pemda harus mengambil peran untuk membuat kebijakan harga yang membuat nyaman," jelas Sirajuddin.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved