Wisata Lombok
Cerita Sri Rahayu Perempuan Inspiratif: Pendiri Kartini Go Surf hingga Kembangkan Wisata Lombok
Berikut cerita Sri Rahayu perempuan inspiratif di Mandalika yang dirikan Kartini Go Surf hingga kembangkan wisata lokal di Pulau Lombok.
Penulis: Sinto | Editor: Endra Kurniawan
Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Butuh fisik dan mental yang kuat untuk terampil berselancar menaklukkan ombak. Alasan inilah yang membuat selancar dianggap hanya cocok untuk laki-laki.
Jangankan perempuan Indonesia berselancar, perempuan asing pun jumlahnya sedikit. Fakta itu membuat Sri Rahayu Hasiba, atau biasa dipanggil Shilla, tertantang untuk menekuni dunia selancar. Ia berkenalan dengan selancar melalui suaminya yang seorang peselancar asal Australia.
Setelah menikah, ia sempat diboyong ke Negeri Kanguru. Di sana ia sering menemani suaminya berlatih selancar. Lama-lama kegiatan itu membuatnya bosan.
Melihat aksi suami dan peselancar lain, ia pun terpikat dan tergerak untuk mencoba. Shilla yang mengaku tidak jago berenang kemudian memutuskan untuk turut terjun ke ombak.
Tak butuh waktu terlalu lama hingga Shilla dapat mengendalikan papan selancarnya dengan baik.
Baca juga: Poltekpar Lombok Gelar Bedah Buku Sosok Perempuan Inspiratif 2 di Destinasi Pariwisata Indonesia
"Ketika surfing kita diajari untuk membuat keputusan dengan cepat. Contohnya, ada ombak besar datang. Anda mau pakai ombak itu atau tidak. Kalau tidak bisa, Anda harus cari cara untuk menghindar dari ombak itu," terang Shilla dalam acara bedah buku Sosok Perempuan Inspiratif 2 di Destinasi Pariwisata Indonesia di Poltekpar Lombok, Jumat (23/2/2024).
"Kalau Anda memutuskan ambil, naik ke ombak itu, Anda harus bersiap-siap, karena salah sedikit Anda tergulung ombak. Belajar intuisi untuk memahami ombak dengan baik," sambung Shilla.
Shilla mengatakan, sekitar tahun 2006 Shilla dan suami kembali ke Indonesia. Saat itulah ia menyadari susahnya menemukan teman berselancar sesama perempuan Indonesia.
Di Bali ia menemukan beberapa perempuan peselancar, tetapi di daerah lain bahkan sama sekali tidak ada.
Mendirikan Kartini Go Surf
Sempat bergabung dengan komunitas Putri Ombak di Bali, Shilla dan suami memutuskan menetap di Lombok karena ingin menjelajah pantai-pantai di kawasan Kuta Mandalika.
Sementara di Bali sudah ada sejumlah kecil perempuan lokal yang berselancar, di Lombok belum ada.
"Berpindah-pindah dari satu pantai ke pantai lain di Pulau Lombok, saya akhirnya bertemu beberapa perempuan lokal di Senggigi yang ikut berselancar bersamanya. Pada 2014 saya mengajak mereka untuk mengadakan kegiatan tahunan Kartini Go Surf untuk mempromosikan olahraga selancar kepada perempuan Indonesia," sebut Shilla.
Dalam Kartini Go Surf, Shilla dan kawan-kawan menampilkan atraksi berselancar dengan mengenakan kebaya. Lucunya, yang banyak mendaftar awalnya justru orang asing.
Meskipun kurang sesuai harapan, Shilla menyambut antusiasme mereka dengan hangat. Hitung-hitung sekalian promosi wisata Indonesia ke wisatawan asing.
Ia juga berharap kehadiran perempuan peselancar dari luar negeri dapat memotivasi perempuan lokal untuk mencoba olahraga selancar. Kepada peselancar asing, Shilla menjelaskan sosok Kartini serta kontribusinya sebagai pahlawan emansipasi.
Baca juga: Mahasiswa KKN-PMD Unram Sosialisasi Digital Marketing untuk Promosi Wisata Desa Malaka
"Pada masa pandemi, Kartini Go Surf tetap berjalan. Pantai-pantai sepi pengunjung sehingga kegiatan mereka cukup aman dari Covid-19. Namun, hanya lima hingga enam orang yang terlibat, karena perayaan Kartini bertepatan dengan bulan Ramadan," beber Shilla.
Shilla beralasan kegiatan itu harus tetap diadakan agar tidak dilupakan masyarakat. Terbukti, jumlah peserta langsung meningkat usai pandemi. Ada 23 perempuan yang bergabung dalam Kartini Go Surf pada April 2023.
Kabar gembiranya, hampir semua adalah perempuan Indonesia dan kegiatan berselancar bersama itu juga diliput oleh sebuah stasiun televisi swasta.
Shilla semakin bersemangat menularkan virus selancar kepada lebih banyak perempuan. Selain rajin berlatih untuk mengasah keterampilannya berselancar, Shilla juga membuka kursus selancar khusus untuk perempuan.
Dalam sehari ia bisa tiga hingga empat kali terjun ke laut, biasanya pagi dan sore hari, ketika matahari tidak tinggi.
Mengembangkan Pariwisata Lokal
Selancar adalah salah satu alasan yang membuat banyak turis datang ke Lombok. Mereka rela datang jauh-jauh demi mengejar ombak di Pulau Lombok.
Shilla menangkapnya sebagai peluang untuk masyarakat setempat, khususnya perempuan. Selancar dapat mendukung menciptakan pariwisata yang berkelanjutan dan kegiatan wisata sebaliknya dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di daerah setempat.
"Banyak perempuan asing yang solo traveling ke sini untuk belajar selancar. Mereka maunya dilatih oleh perempuan karena tidak semua nyaman dilatih oleh laki-laki. Selain mengajar, kami juga bisa mempromosikan pariwisata lokal." sebut Shilla.
"Kami memberi rekomendasi tempat wisata, kuliner, dan atraksi wisata. Kami juga menjelaskan tentang budaya masyarakat setempat jika para peselancar itu bertanya. Jadi, secara tidak langsung kami memperkenalkan daerah wisata itu sendiri, selain ombaknya," sambungnya.
Shilla menjelaskan, sebagian besar warga lokal terkendala biaya untuk pengembangan kapasitas mereka sebagai SDM di kawasan destinasi super prioritas.
Baca juga: Lombok Masuk Daftar Destinasi Wisata Alam Terbaik Dunia 2024
Melalui selancar, warga lokal memiliki kesempatan untuk mengasah keterampilan mereka berbicara bahasa asing dengan para peselancar mancanegara tanpa harus membayar mahal untuk mengikuti kursus bahasa.
Interaksi di kalangan peselancar juga menjadi media pertukaran budaya dan bentuk diplomasi budaya yang melibatkan masyarakat lokal.
Selancar pada dasarnya mengajarkan untuk peduli pada alam dan lingkungan hidup. Para peselancar akan menjaga kebersihan laut karena jika laut kotor dan tercemar, kegiatan mereka sudah pasti terganggu. Ini tentunya sangat bermanfaat dalam mendukung sebuah destinasi wisata.
"Surfing membuat saya belajar untuk terkoneksi dengan alam, menyelaraskan energi. Kami sering bekerja sama dengan yang lain mengadakan bersih-bersih pantai. Setiap minggu ada kegiatan bawa buku, mengajar bahasa Inggris, dan sosialisasi menjaga kebersihan pantai." Shilla menambahkan.
"Kami sosialisasi ke anak-anak dengan memberi contoh langsung, kami perlihatkan kepada mereka bahwa bahan plastik berbeda dengan daun yang mudah terurai," tandasnya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.