Pelemahan Rupiah Pengaruhi Industri Tepung Terigu di Tanah Air

Direktur Eksekutif Aptindo, Ratna Sari Loppies mengatakan, situasi saat ini sudah sangat dinamis di mana kurs rupiah terus melemah terhadap dolar AS.

Editor: Dion DB Putra
TRIBUNNEWS/JEPRIMA
Seorang pekerja saat merapikan tumpukan karung tepung terigu Bungasari siap edar di Pabrik PT Bungasari Flour Mills Kawasan Industri Krakatau, Tegalratu, Ciwandan, Kota Cilegon, Banten, Rabu (9/11/2017). 

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (Aptindo) menyatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berdampak pada industri tepung terigu di tanah air.

Direktur Eksekutif Aptindo, Ratna Sari Loppies mengatakan, situasi saat ini sudah sangat dinamis di mana kurs rupiah terus melemah terhadap dolar AS.

Baca juga: Pedagang di Mataram Berharap Harga Tepung Terigu Tidak Naik

Industri makanan yang menggunakan banyak produk impor akan terpengaruh efek ini, sementara industri yang banyak ekspor akan mengalami dampak positif.

"Kalau dibilang berdampak, pasti ada dampaknya, walau yang lebih utama saat ini adalah kestabilan harga di pasar," kata Ratna saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (16/11/2023).

Kendati begitu, Ia menjelaskan tren harga gandum saat ini tidak mengalami kenaikan yang signifikan, up & down masih relatif stabil walaupun dampak kurs menjadi salah faktor juga. Beberapa segmen pasar bertumbuh baik, namun beberapa mengalami penurunan.

"Bersyukur ketersediaan gandum kondisi aman, jumlah pasokan dari negara penghasil gandum seperti Australia, Canada dll mencukupi kebutuhan pasar," tuturnya.

Ratna menuturkan, dampak perubahan iklim tetap menjadi faktor terbesar dalam ketersediaan ini bagi setiap negara penghasil gandum. Kondisi perubahan iklim el nino ini yang memang menjadi ancaman ketahanan pangan, baik lokal maupun bahan baku impor.

"Panen komoditi pangan, baik beras, gandum, jagung saat ini jadi isu karena beberapa produksi atau panen terpengaruh perubahan iklim," pungkasnya.

Dari pelaku usaha, emiten produsen tepung terigu, PT Cerestar Indonesia Tbk (TRGU) memiliki strategi untuk menghadapi efek pelemahan rupiah yang berdampak pada bahan baku gandum.

Chief Financial Officer Cerestar Indonesia, Mulyadi Chandra mengatakan, pelemahan rupiah berpotensi memiliki dampak pada bahan baku (gandum) Perseroan yang diimpor.

"Namun, kami telah mengamankan stok persediaan sampai Desember 2023 sejak beberapa waktu lalu," kata Mulyadi saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (16/11/2023).

Ia menjelaskan, TRGU dapat melakukan minimalisasi (hedging) atas kemungkinan kerugian yang disebabkan pelemahan rupiah. Lebih lanjut, Mulyadi menyampaikan tahun ini harga gandum cenderung mengalami penurunan, bahkan sempat menyentuh level terendah dalam beberapa bulan terakhir.

Namun, apabila harga gandum naik, yang terjadi adalah market atau konsumen melakukan pembelian tepung terigu dalam jumlah yang lebih banyak karena untuk mengantisipasi kenaikan harga gandum berkelanjutan.

"Tentunya faktor makro ekonomi di luar kontrol kami, namun strategi defensive kami apabila harga gandum naik adalah melakukan pembelian forward/ke depan untuk lock/mengunci harga," tandasnya.

Permintaan Meningkat

PT Cerestar Indonesia Tbk (TRGU), produsen tepung olahan gandum yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode TRGU membukukan pertumbuhan pendapatan yang signifikan pada periode 9M23 berkat peningkatan permintaan tepung terigu serta bahan pakan ternak di Tanah Air.

Pada periode ini, Perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 3,9 triliun atau tumbuh sebesar 54,1 persen YoY.

“Meskipun ada tantangan dalam industri, kemampuan kami untuk mempertahankan pangsa pasar yang kuat merupakan bukti kuatnya posisi kami di pasar, didukung oleh ekosistem Cerestar Group yang kuat. Jaringan terintegrasi ini tidak hanya melindungi kami dari ketidakpastian namun juga memungkinkan kami untuk terus mengeksplorasi jalur pertumbuhan baru,” kata Presiden Direktur TRGU Indra Irawan dikutip dari keterangan resmi, Kamis (16/11/2023).

Segmen bahan pakan ternak yang baru mulai beroperasi secara menyeluruh pada November 2022 telah berhasil memberikan kontribusi sekitar 35 persen terhadap keseluruhan pendapatan Perseroan pada periode 9M23.

Sedangkan mayoritas pendapatan masih dikontribusi oleh segmen tepung terigu 65 persen.

Pendapatan tepung terigu TRGU masih didominasi oleh sektor korporasi atau B2B, yaitu sekitar 70 persen, selebihnya dari segmen UMKM, ritel, dan HORECA.

Produk tepung terigu Perseroan untuk konsumsi manusia meliputi beberapa merek yaitu Dragonfly, Falcon, Seagull, dan Bakerstar. Adapun merek produk bahan pakan ternak Perseroan terdiri dari Starfish dan Manta.

Melihat meningkatnya permintaan pakan ternak di Indonesia, Perseroan bertekad untuk memperluas kapasitas bisnis bahan pakan ternaknya lebih lanjut pada tahun 2023.

Namun demikian, beban pokok pendapatan yang juga meningkat signifikan menjadi Rp 3,7 triliun pada 9M23, dibandingkan Rp 2,3 triliun pada periode yang sama tahun lalu telah menekan perolehan laba.

Akibatnya, laba kotor TRGU pada periode ini turun 32,1 persen YoY menjadi Rp 193,5 miliar.

Kondisi pasar tepung terigu yang sedang penuh tantangan, karena penurunan harga yang cukup signifikan akibat dari turunnya harga bahan baku gandum di pasar dunia telah turut menekan perolehan laba Perseroan.

Sementara itu, kenaikan suku bunga yang membuat beban keuangan meningkat 35 persen menjadi Rp 109 miliar juga menjadi tambahan penyebab terhadap turunnya laba bersih TRGU menjadi Rp 4,7 pada periode 9M23 miliar dibandingkan periode sebelumnya yang Rp 72,5 miliar.

Namun demikian, di tengah kondisi yang penuh tantangan, TRGU berhasil meningkatkan efisiensi hingga bisa menurunkan total biaya operasional sebesar 12,3 persen YoY menjadi Rp 86,4 miliar, sehingga operasionalnya lebih efisien dan optimal. (*)

 

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved