Ekonomi Indonesia Melambat, BPS Rilis Pertumbuhan Kuartal III-2023 Jadi 4,94 Persen

Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang lebih rendah.

|
Editor: Dion DB Putra
Tribunnews/HO/Biro Pers Setpres/Muchlis Jr
Menteri Keuangan, Sri Mulyani. 

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, perekonomian Indonesia pada kuartal III-2023 atau periode Juli 2023 hingga September 2023 tumbuh sebesar 4,94 persen secara tahunan alias year on year (YoY).

Kondisi ini mengkonfirmasi bahwa ekonomi Indonesia mulai mengalami perlambatan. Sebab pada kuartal II 2023 yang lalu ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh sebesar 5,17 persen.

Baca juga: Konsumsi Rumah Tangga Masih Jadi Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Baca juga: KEK Mandalika Akan Terus Menjadi Episentrum Pertumbuhan Ekonomi NTB

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp 5.296 triliun. Apabila dilihat atas dasar harga konstan (ADHK) tercatat Rp 3.124,9 triliun.

Menurut Amalia, realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2023 masih cukup baik lantaran di tengah melambatnya perekonomian global, perubahan iklim dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan.

"Resiliensi perekonomian Indonesia kembali tercermin melalui pertumbuhan ekonomi 4,94 persen," ujar Amalia dalam Konferensi Pers di Jakarta, Senin (6/11/2023).

Sementara itu, apabila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 ini berhasil tumbuh 1,60 persen qtq.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 masih Jawa sentris. Pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut masih didominasi sumbangan dari kelompok provinsi di Pulau Jawa.

BPS mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2023 sebesar 4,94 persen yoy. Sumbangan Pulau Jawa pada pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 57,12 persen.

Amalia mengatakan, kelompok provinsi di Pulau Jawa mencatat pertumbuhan sebesar 4,83 persen yoy. Adapun sumber pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa ada di Provinsi DKI Jakarta dengan sumbangan sebesar 1,37 persen.

"Secara struktur ekonomi Indonesia berdasarkan wilayah masih terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera," terang Amalia, Senin (6/11/2023) di Jakarta.

Amalia menambahkan, sumber pertumbuhan ekonomi dari DKI Jakarta ada pada sektor informasi dan komunikasi, perdagangan, serta akomodasi dan makan minum.

Kemudian Pulau Sumatera menjadi kontributor terbesar kedua pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2023. Dengan kontribusi sebesar 22,16 persen, pertumbuhan Pulau Sumatera tercatat 4,50 persen yoy.

Sumber pertumbuhan ekonomi di Sumatera adalah wilayah Sumatera Utara, yaitu dengan sumbangan 1,14 persen.

Sumber pertumbuhan utama adalah sektor perdagangan, konstruksi, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Kelompok provinsi di Kalimantan tercatat tumbuh 4,83 persen yoy dengan sumbangan pada pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8,08 persen.

Dilanjutkan dengan kelompok provinsi di Sulawesi. Dengan pertumbuhan 6,44 persen yoy, Sulawesi menyumbang 7,25 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Kelompok provinsi di Bali dan Nusa Tenggara mencatat pertumbuhan 3,43 persen yoy dengan sumbangan pada pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 2,80 persen.

Terakhir, kelompok provinsi di Maluku dan Papua mencatat pertumbuhan 9,25 persen yoy. Kelompok provinsi di pulau tersebut menyumbang 2,59 persen terhadap pertumbuhan nasional.

Konsumsi Rumah Tangga Rendah

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia ini salah satunya karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

“Kalau kita lihat dibandingkan dengan outlook yang selama ini disampaikan, untuk konsumsi yang dikeluarkan oleh BPS memang relatif lebih rendah dari yang kita ekspektasi,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (6/11/2023).

Adapun pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada periode tersebut tercatat 5,06 persen secara tahunan atau year on year (YoY).

Pertumbuhan ini sedikit melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal II-2023 yang mencapai 5,22 persen YoY.

Sri Mulyani menyampaikan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tidak sesuai ekspektasi karena, awalnya pemerintah melihat kepercayaan konsumen masih tetap tinggi, namun ternyata konsumsinya tidak setinggi yang diharapkan.

“Ini perlu kita lihat pengaruhnya apa. Apakah psikologis dengan kondisi El Nino, harga beras naik, dan berbagai faktor,” ungkapnya.

Meski begitu, Sri Mulyani melihat pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada kuartal III 2023 meningkat cukup tinggi yakni 5,7 persen, bahkan jauh lebih tinggi dari yang pemerintah proyeksikan.

“Ini konfirmasi dengan tadi, industri manufaktur dan masuknya capital inflow, jadi ini masih sangat positive story dari indonesia yang kita akan coba untuk jaga terus,” imbuhnya. (*)

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved