Polisi Akan Reka Ulang Musibah di Ayuterra Resort Ubud yang Menewaskan Lima Karyawan
Berdasarkan hasil olah TKP, kecelakaan terjadi lantaran tali sling yang menarik lift itu terputus.
TRIBUNLOMBOK.COM, DENPASAR - Aparat kepolisian dari Polda Bali mengungkap sejumlah temuan di lapangan terkait putusnya tali lift di Ayuterra Resort Ubud, Gianyar yang menyebabkan kecelakaan hingga menelan 5 korban jiwa.
Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol Jansen Avitus Panjaitan mengatakan, pihaknya terus mendalami kasus putusnya tali lift maut itu. Berdasarkan hasil olah TKP (tempat kejadian perkara), dikatakan roda rem lift tak berfungsi dengan baik.
Baca juga: 5 Karyawan Resort di Ubud Tewas karena Lift Terjun Bebas, Polisi Selidiki Faktor Kelalaian
“Lagi didalami karena pada saat itu diperkirakan remnya itu tidak berfungsi. Di sana itu harusnya ada rem, ternyata diduga roda rem tidak berfungsi dengan baik,” katanya, Selasa (5/9/2023).
Kombes Pol Jansen menuturkan, atas kejadian tersebut, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya sailing tali lift yang putus tersebut sepanjang 3,85 meter, 6 meter sisa tali sling, roda rem, dan plat pengaman berwarna hijau.
Sebelumnya, tragedi kecelakaan terjadi di Ubud Gianyar Ubud. Suasana duka menyelimuti Ayuterra Resort, di Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud, Jumat (1/9/2023) lalu.
Berdasarkan hasil olah TKP, kecelakaan terjadi lantaran tali sling yang menarik lift itu terputus. Sehingga, menyebabkan tabung lift ke luar dari lintasan.
“Hasil kegiatan olah TKP yang sudah dilakukan, bahwa ditemukan di TKP putusnya sling sehingga menyebabkan keluarnya lift dari lintasan,” ungkap Kabid Humas Polda Bali.
Polda Bali akan menggelar reka ulang uji tarik lift. Hal ini dilakukan guna mengetahui penyebab putusnya tali lift di Ayuterra Resort Ubud yang menyebabkan kecelakaan hingga menelan 5 korban jiwa.
Kabid Humas mengatakan, langkah ini merupakan bagian dari scientific investigation. Reka ulang uji tarik lift ini, kata Kombes Pol Jansen, dilakukan oleh Bidlabfor Polda Bali.
Simulasi uji tarik lift itu akan dilakukan sesuai dengan situasi dan keadaan saat peristiwa nahas tersebut berlangsung. Mulai dari beban yang diangkut lift, tingkat kemiringan, hingga tinggi lift.
“Dites lagi dengan kemiringan tersebut, beban seperti tadi, akan reka ulang. Semuanya dilakukan secara scientific investigation,” imbuh Kombes Pol Jansen.
Dia menerangkan, kemiringan lintasan lift sebesar 35 derajat, dengan ketinggian 30 meter dari tanah. Sementara itu, panjang tali penarik lift diperkirakan sepanjang 60 meter.
Kabid Humas Polda Bali mengatakan, mesin lift itu diganti pada Maret 2023. Kendati ada pergantian mesin, lift di Ayuterra Resort Ubud dikatakan telah terpasang sejak 2019.
“Lift tersebut menurut informasi yang diperoleh TKP baru terpasang 2019 lalu. Sementara Ayuterra Resort sudah beroperasi dari tahun 1997. Mesin baru diganti di 2023 bulan Maret lalu,” ungkap Kabid Humas.
Hingga Selasa (5/9/2023), polisi telah memeriksa belasan saksi. Mereka merupakan karyawan Ayuterra Resort Ubud, kontraktor lift, hingga saksi ahli.
“Sampai saat ini ada tambahan lagi. Bertambah dari 11 (saksi), hari ini akan diperiksa 3 atau 4 orang lagi,” kata Kombes Pol Jansen.
Selain itu, tim yang dipimpin Dirreskrimum Polda Bali juga tengah menyisir ulang di TKP. Hal Ini dilakukan untuk mengumpulkan barang bukti lain yang selanjutnya dirangkai kembali guna memastikan pengoperasian lift telah memenuhi standar atau tidak.
Kasatreskrim Polres Gianyar, AKP Ario Seno Wimoko mengatakan, pihaknya telah memeriksa 13 saksi. Kata dia, dalam pemeriksaan ini, pihaknya fokus pada pihak kontraktor penyedia lift dan teknisi lift.
"Pemeriksaan fokus pada penyebab putusnya tali sling. Sesuai fakta lapangan,di sana hanya ada satu tali sling saja saat peristiwa terjadi. Beda jauh dengan awal operasional lift pada 2018 yang menggunakan 4 tali sling. Itu artinya tidak ada emergency brake dan saat sling satu itu putus, pasti tidak ada kesempatan lagi dan meluncur bebas ke bawah seperti pada rekaman CCTV yang beredar luas,” kata AKP Ario Seno.
Pertanyaan-pertanyaan pada kontraktor dan teknisi yang telah berjalan, kata dia, meliputi jumlah tali sling, bagaimana selama ini perawatannya, dan bagaimana penggantian tali slingnya.
"Kita dalami semua hal yang berkaitan dengan penyebab dari putusnya tali sling. Sedangkan untuk para karyawan, kita lebih fokus pada pengetahuannya pada peristiwa meluncurnya lift," ujarnya.
Pihak Ayuterra Resort menggelar upacara pecaruan yang cukup besar, Selasa (5/9/2023).
Upacara tersebut ialah Caru Pengeruak, Jigra Maya, Pemayuh Karang dan Banten Nebusin. Tujuannya untuk menenangkan roh para korban dan untuk menenangkan para sosok penunggu gaib kawasan ini yang terusik proses pembangunan resort.
Pantauan Tribun Bali, upacara pecaruan ini diikuti oleh pihak hotel, termasuk juga owner Linggawati Utomo, meskipun ia sendiri bukan pemeluk Hindu. Juga diikuti oleh para keluarga korban. Dari kelima korban, hanya keluarga Ni Luh Superningsih asal Banjar Peneca, Payangan yang tidak hadir.
Dalam prosesi tersebut, semua sudut bangunan dan, semua benda-benda yang ada di Ayu Terra Resort dipercikkan tirta, termasuk juga mobil operasional dan mobil milik owner, berupa Kijang Innova Reborn dan Avanza. Prosesi ini dipimpin Jro Mangku Balun dan Jro Mangku I Nyoman Swastika, yang berasal dari Sesetan, Denpasar.
Jro Mangku I Nyoman Swastika menjelaskan, upacara ini selain untuk menebus roh para korban. Juga dilakukan untuk menebus kesalahan yang dibuat saat pembangunan resort ini. Sebab saat pembangunan, ada dua pohon besar yang ditebang tanpa meminta izin pada pemilik. Pemilik ini, kata beliau, ialah sosok lanang istri.
"Ada dua pohon besar yang ditebang tanpa izin pemilik (niskala). Tadi kita spiritualkan, beliau muncul (dalam sosok) lanang istri. Langsung beliau minta dihidupkan kembali tempat beliau itu. Dihidupkan bukan berarti menghidupkan pohon itu lagi, tapi kita hidupkan dengan (mengikatkan) saput poleng (pada sisa pohon). Dengan itu, mudah-mudahan hotel tak diganggu lagi," ujarnya.
Selain sosok lanang istri tersebut. Makhluk kasat mata yang kerap mengganggu di resort ini adalah sosok anak-anak kecil.
"Selain penunggu pohon besar, juga ada banyak anak kecil-kecil di sini. Tapi mereka tak punya tempat tinggal. Nanti kita buatkan tempatnya. Sosok anak-anak itu sering bermain di kolam renang," ungkap Jro Mangku.
Dijelaskan, saat resort dibangun juga terdapat telaga niskala yang ditimbun. Supaya aura negatif telaga tidak mengganggu operasional hotel, Jro Mangku Swastika mengatakan telah membangunkan spirit telaga tersebut menggunakan upakara. "Kolam niskalanya, spiritnya kita hidupkan pakai daksina," ujarnya.
Owner Ayu Terra Resort, Linggawati Utomo mengatakan, upacara ini digelar berdasarkan saran dari para tokoh-tokoh orang suci Hindu di Bali. Dan, pihaknya pun ingin supaya resortnya dijauhkan dari hal-hal yang tak diinginkan, sehingga dilangsungkanlah upacara ini. "Mudah-mudahan kita dijauhkan dari hal-hal negatif," ujarnya. (mah/weg/tribun bali)
| Polisi Ungkap Ada Perbedaan Keterangan Tersangka Radiet saat BAP dan Rekonstruksi |
|
|---|
| Terungkap Kebiasaan Agus Difabel ke Homestay: Bawa Perempuan Berbeda, Selalu Pesan Kamar di Pojok |
|
|---|
| Rekonstruksi Kasus Agus Pria Disabilitas Jadi Tontonan Warga |
|
|---|
| Fakta Baru dari Rekonstruksi Kasus Agus Difabel: Kronologi hingga Peristiwa di Dalam Kamar Homestay |
|
|---|
| Beda Keterangan Agus Difabel dan Korban Soal Siapa Lebih Aktif di Dalam Kamar Homestay |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.