Harga Gabah di Tingkat Petani Naik Baik Gabah Kering Panen Maupun Kering Giling
Sementara untuk gabah kering giling di bulan April ini meningkat sebesar 0,90 persen MoM daripada bulan Maret, dan meningkat sebesar 20,32 persen.
TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan harga gabah di tingkat petani pada April 2023 tercatat mengalami peningkatan, baik untuk gabah kering panen maupun gabah kering giling
Gabah kering panen meningkat sebesar 2,40 persen MoM dibandingkan Maret 2023. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2022 juga terjadi peningkatan 23,62 persen YoY.
Sementara untuk gabah kering giling di bulan April ini meningkat sebesar 0,90 persen MoM daripada bulan Maret, dan meningkat sebesar 20,32 persen YoY dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Di samping itu, harga beras di penggilingan menurun sebesar 0,14 persen MoM, tetapi meningkat sebesar 18,89 persen YoY dibandingkan April tahun lalu.
Sementara harga beras di tingkat grosir naik 0,42 persen MoM dan meningkat 15,66 % YoY. Sedangkan harga beras eceran meningkat 0,48 persen MoM dan meningkat 11,34 persen YoY.
“Dengan demikian secara bulanan kenaikan harga beras itu tertinggi terjadi di tingkat eceran dan secara tahunan kenaikan harga beras terjadi di tingkat penggilingan,” ujar Kepala BPS Marga Yuwono di Jakarta, Selasa (2/5/2023).
Sementara itu, Nilai tukar Petani (NPT) pada April 2023 tercatat sebesar 110,58 atau turun 0,24 persen dibandingkan Maret 2023.
“Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,12 persen, sementara indeks harga yang harus dibayar petani mengalami kenaikan 0,13 persen,” ujar Marga Yuwono.
Adapun yang mempengaruhi penurunan indeks yang diterima petani secara nasional itu terjadi karena penurunan harga pada komoditas kelapa sawit, cabe rawit, cabe merah, bawang merah, dan gabah.
Sedangkan jika dilihat menurut sub sektor, peningkatan NTP tertinggi terjadi pada sub sektor perikanan, terutama pada nelayan yang naik 0,79 persen.
Sementara itu penurunan NTP terjadi pada sub sektor hortikultura yang turun sebesar 3,58 persen.
Berdasarkan wilayah, tercatat sebanyak 18 provinsi alami kenaikan NTP dengan kenaikan tertinggi terjadi di Sumatera Selatan yang meningkat 1,15 persen.
Sementara terdapat 16 provinsi yang alami penurunan NTP dan yang paling mengalami penurunan terbesar terjadi di Provinsi Riau dengan angka 2,42 persen.
Persentase Warga di NTB Punya Rumah Sendiri, Kota Mataram Paling Buncit |
![]() |
---|
Ekonomi NTB Triwulan II Tumbuh 6,56 Persen Dibanding Triwulan I 2025 |
![]() |
---|
Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di NTB, Wilayah Mana Paling Banyak? |
![]() |
---|
Daftar Capaian IPM Kabupaten/Kota di NTB Tahun 2024 Versi BPS |
![]() |
---|
BPS Catat Lonjakan Wisatawan di NTB Selama Maret 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.