Berita Artis
Band The Datu, Lestarikan Bahasa Sasak Melalui Musik
The Datu menjadi salah satu grup band di Lombok yang saat ini masih terus menunjukan eksistensinya, dengan mengisi lirik-lirik berbahasa Sasak.
Penulis: Lalu M Gitan Prahana | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
Laporan Lalu M Gitan Prahana
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - The Datu menjadi salah satu grup band di Lombok yang saat ini masih terus menunjukan eksistensinya, dengan mengisi lirik-lirik lagu mereka menggunakan bahasa Sasak (bahasa daerah di Lombok).
Band yang digawangi oleh Itok (vocal), Itonk (Keyboard), Oyok (gitar), Poci (drum), dan Bintang (bass) ini pun telah hadir di industri musik Lombok sejak 2014 lalu.
Bahkan sejak awal berdirinya, The Datu masih terus konsisten mengeluarkan single hingga mini album yang hampir semua lirik-liriknya dituliskan menggunakan bahasa Sasak.
Itok, personel The Datu menceritakan bahwa kehadiran The Datu pada tahun 2014 lalu karena kurangnya band-band lokal yang mengisi lirik-liriknya mengggunakan bahasa daerah.
Baca juga: PROFIL Sheila Dara, Aktris Andalan Raditya Dika hingga Berperan di Noktah Merah Perkawinan
"Memamg ada beberapa band lokal, hanya saja mereka mulai redup, sehingga pada saat itu The Datu mencoba hadir untuk mengisi kekosongan itu," ungkap Itok, Senin (20/3/2023)
Di samping itu, ia juga memaparkan bahwa sering kali lirik-lirik lagu yang berbahasa Sasak dianggap hanya sebatas musik yang dimiliki oleh kelompok musik dengan genre cilokaq saja.
"Sehingga kami (The Datu) mencoba menghadirkan lagu-lagu berbahasa Sasak dengan balutan nuansa lokal dan modern dengan genre pop," ungkap vocalis dari Band The Datu itu.
Meski telah berdiri hampir 9 tahun, perjalanan band The Datu dalam berkarya tentu menuai banyak rintangan, hingga mampu terus eksis hingga saat ini.
Baca juga: Profil Selebgram Clara Shinta: Akun Media Sosial, Tanggal Lahir dan Asal Daerah
"Karena berasal dari berbagai daerah, mungkin kami sering berdebat soal pemilihan kata dalam lirik lagu ya," ungkap Itok.
"Sebab personel The Datu berasal dari berbagai daerah, seperti Loteng (Lombok Tengah), Lotim (Lombok Timur), Mataram dan memiliki bahasa yang berbeda-beda," lanjutnya.
Namun perdebatan tersebut baginya menjadi sesuatu yang lumrah, terlebih dari hal-hal itulah banyak lahirnya karya-karya dari The Datu.
Di samping itu, Itok juga menyebutkan bahwa tema dari setiap lagu The Datu begitu kontekstual dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat suku Sasak.
Seperti lagu Keras Pemetak (2019) yang menggambarkan kondisi ekonomi masyarakat, di mana merefleksikan banyak pemuda-pemudi di Lombok yang merantau sebagai TKI ke luar negeri, khususnya Malaysia.
Selain itu juga, lagu bertema cinta ala-ala suku Sasak, seperti Berayen Dengan dan Berayean Jaoq.
"Dan terakhir, single terbaru kami berjudul Kesie yang dirilis pada 1 Maret 2023 lalu," pungkas Itok.
Lagu-lagu dari The Datu pun sudah dapat didengarkan di berbagai platform, seperti Youtube dan berbagai platform musik digital yang ada.
Bergabung dengan Grup Telegram TribunLombok.com untuk update informasi terkini: https://t.me/tribunlombok.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.