Wisata Lombok
Wisata Lombok, Mengenal Tradisi Menenun Perempuan Sasak dan Mini Museum Tenun
Tradisi menenun perempuan Suku Sasak merupakan salah satu kekayaan budaya dan tradisi yang masih dijumpai di beberapa objek wisata Lombok saat ini.
Penulis: Lalu Helmi | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM - Menikmati wisata Lombok akan terasa bermakna jika memahami lebih dalam tentang adat, tradisi, dan nilai-nilai budaya yang hidup di tengah masyarakatnya.
Di beberapa objek wisata Lombok kerap ditampilkan atraski sorang perempuan yang sedang 'nyesek' atau membuat kain tenun.
Suguhan ini kerap menarik minat wisatawan yang datang melancong menikmati objek wisata Lombok, khususnya di desa-desa tradisional Lombok.
Untuk mengenal lebih dalam tentang tradisi menenun perempuan Suku Sasak, saat ini beberapa Lembaga Gerakan Kebudayaan di NTB tengah menggagas kegiatan bertajuk "Sejarah Benang dan Kisah Perempuan Sasak".
Sejarah Benang dan Kisah Perempuan Sasak ini merupakan sebuah proyek seni yang bersifat inklusif.
Baca juga: Wisata Lombok, Tunak Cottage, Spot Terbaik Melihat Samudera Hindia dari Dekat Mandalika
Kegiatan ini digagas sebagai ruang aktualisasi diri, serta penyampaian pikiran para pegiat seni budaya perempuan di Pulau Lombok.
Melalui medium seni pertunjukan kontemporer, proyek seni inklusif bagi perempuan ini akan memaparkan kisah-kisah perjuangan para perempuan Sasak dalam menghadapi permasalahan ekonomi, juga sosial budaya saat Lombok diterpa pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir.
Irma Septiana, penanggungjawab proyek seni inklusif perempuan menjelaskan, proyek seni ini akan meneropong keberdayaan para perempuan Lombok.
"Dengan ketrampilan menenun kain khas Sasak yang dimilikinya, mereka dapat membantu menjaga stabilitas perekonomian keluarga yang terpuruk akibat pandemi," kata Irma Septiana, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/12/2022).
Melalui pemahaman dan pengetahuan akan kearifan budaya Sasak, yaitu menenun, mereka dapat menguatkan ketahanan hidup keluarga, bahkan masyarakat sekitarnya.

Irma Septiana menjelaskan, proyek seni inklusif “Sejarah Benang dan Kisah Perempuan Sasak” ini merupakan salah satu proposal yang lolos dalam program Dana Indonesiana tahun 2022.
Program ini diinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia.
Juga Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Republik Indonesia.
Proyek seni ini berjalan selama 4 bulan, dari bulan November 2022 sampai Februari 2023.
Kegiatan ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan, yang saling menaut dan berhubungan satu sama lain.
Antara lain riset pada bulan November 2022, workshop pada bulan Desember 2022 – Januari 2023), presentasi gagasan mini museum 24 Desember 2022.
Kemudian presentasi karya seni pertunjukan kontemporer 14 Februari 2023 dan diskusi 16 Februari 2023.
Jika datang jalan-jalan menikmati wisata Lombbok pada tanggal tersebut, pengunjung bisa mengikuti rangkaian kegiatan tersebut.
Mini Museum Tenun

Selain workshop Mengenal Sejarah Kain Tenun Sasak dan Strategi Pemasaran Berbasis Platform Digital dan seni pertunjukan kontemporer, dalam kegiatan ini juga diinisiasi Mini Musium Tenun.
Fitri Rachmawati, penderi Sekolah Pedalangan Wayang Sasak (SPWS menjelaskan, Mini Museum Tenun ini digagas bersama secara kolaboratif oleh berbagai Lembaga Gerakan Kebudayaan di NTB.
Mini Museum Tenun ini merupakan salah satu wujud upaya menjaga tradisi melalui gerakan literasi.
Upaya ini dilakukan untuk melindungi, mengambangkan, memamfaatkan dan membahasakan pada khalayak, terutama generasi muda bahwa tradisi tenun mesti diteruskan, tidak sekedar dijaga dan dirawat.
Dinamakan Mini Museum Tenun karena berada di ruang kecil yang menampilkan secara visual.
Motif-motif tenun yang hadir di masyarakat sebagai sebuah karya seni turun temurun.

"Dalam tampilan Mini Museum ini akan dimunculkan QR Code yang menghubungkan kita dengan media sosial para penenun, sehingga langkah strategi pemasaran berbasis platform digital, tergambarkan dalam mini museum ini," kata Fitri Rachmawati.
Secara bertahap para penenun dan kelompoknya akan membuat cerita atau story tentang motif tenun yang ditampilkan.
Sehingga siapa pun yang melihat motif dalam Mini Museum Tenun akan mendapatkan pengetahuan lebih dalam terkait tenun Sasak yang ingin mereka miliki.
Selain mengenalkan pencinta tenun pada beragam motif, Mini Museum Tenun juga merupakan salah satu upaya membangun gerakan literasi budaya.
Langkah ini juga akan mengedukasi masyarakat, tidak hanya sebagai konsumen yang paham dalam memilih tenun yang mereka inginkan, juga melatih masyarakat terlibat dalam gerakan literasi budaya.
"Mini Museum Tenun adalah gerakan literasi merawat tradisi," katanya.
(*)