Berita Lombok Timur
DPRD Bangli Singgung Pengelolaan Wisata Lombok Timur, Peran Masyarakat hingga Anggaran Promosi
Yang terpenting dalam sektor pembangunan wisata adalah bagaimana mem-branding wisata tersebut hingga masyarakat luas tertarik untuk berkunjung
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Wahyu Widiyantoro
Terpenuhinya dukungan pemda mengakibatkan adat di tempat wisata sangat dijunjung tinggi.
Hingga muncul istilah di Desa Wisata Pengelipuran adat adalah lifestyle yang ditanamkan dan dijalankan masyarakat.
Kekompakan masyarakat dengan pemerintah dalam membangun wisata khusunya di Desa Wisata Pengelipuran membuat desa tersebut sempat di nobatkan sebagai Desa Terbersih di Dunia.
"Keberhasilan kita di sektor wisata karena memang masyarakat kita lebih takut terhadap hukum adat ketimbang hukum, hingga jika komunikasi kita baik dengan pengelola maka akan baik juga keberlangsungan wisata kita," sebutnya.
"Kemarin penutupan festival Pengelipuran, dimana setiap tahun pasti ada, dan dari segi pengelolaan dan pendapatan Pemda dengan masyarakat itu dibagi 60 persen," sebutnya.
Anom menyinggung kemiripan potensi wisata Bali dan Lombok, khususnya potensi wisata Kabupaten Bangli dan Kabupaten Lombok Timur yang terletak pada potensi wisata alam hingga budayanya.
Dia menitipkan saran kepada para pihak yang ingin mengembangkan pariwisata.
Baca juga: Cara Warga Sajang Sembalun Budidaya Vanili: Raup Manfaat Ekonomi Hingga Wisata Edukasi Emas Hijau
Menurutnya dalam pengembangan wisata mindset tentang keuntungan harus dihilangkan tetlebih dahulu.
"Kalau soal wisata jangan berpikir uang dulu, awalnya pariwisata yang utama adalah membangun konsep, seperti adat budayanya yang disiplin, kalau sudah terkenal, wisatawan senang berkunjung, kan gampang saja uang itu datang dari sana nanti," katanya.
Selain itu juga peran masyarakat diakuinya menjadi yang terpenting dalam pengembangan sektor wisata.
"Peran penting masyarakat yang paling penting, hingga masyarakat tidak berpikir panjang. Dulu di danau batur banyak yang kecewa karena malak, namun setelah terbangun maindset masyarakat akan pentingnya wisata, berangsur-angsur sekarang sudah hilang prilaku tersebut," demikian Anom.
(*)